Sambil menunggu Babang-babang di Melodrama meng-cover 'Impresi' ihihih ngarep, gak ada salahnya bagi saya untuk mengenang masa-masa itu. Ya, masa dimana pemancar radio GMR masih berdiri semampai di seputar jalan Cipagantai. Masa dimana saya menemukan teman-teman semusik sepenanggungan yang kini sebagian telah berhijrah bagaikan Uki Noah. Alhamdu...lillah, begitu kata Ustad Maulana mah. Serta masa-masa dimana saya dapat membeli kaset band Indonesia bernama Pas di sebuah toko kaset bernama Aquarius.
Ya, selain Slank, Andy Liani, dan Potret, saya memilih kaset Pas untuk menyalurkan dana jajan saya kala itu dengan tujuan penghiburan diri dalam sepi, aih.
Sebenarnya saya mulai mendengarkan Pas sejak mini album pertama mereka keluar. Seperti biasa, kasetnya saya pinjam dari seorang teman yang baik hati dan tidak sombong. Maklum zaman kegelapan dulu, membeli satu buah kaset itu memerlukan pengorbanan yang besar, ahaha lebay.
Album yang berjudul 'Four Through the Sap' itu memiliki nomor yang membuat termehek-mehek yaitu Here Forever . Tembang yang cukup manis walau tak manja ini dibawakan oleh Kakang Yuki dengan iringan strumming gitar Mamas Bengbeng yang lembut-lembut menenangkan, aih aromaterapi kali menenangkan.
Lagu ini menjadi satu dari empat lagu yang menghuni mini album debutan mereka bersama Gangster of Love, Old Fashioned Sickness, dan Dogma.
Dua tahun setelah merilis mini album 'Four Through the Sap', Pas yang beranggotakan Yuki, Trisno, Bengbeng, dan Richard itu merilis album 'In (No) Sensation'. Album ini adalah salah satu album favorit saya dari band yang telah berdiri sejak tahun 1990 itu. Album yang berisi 13 tracks ini dengan sukses dapat menduduki peringkat ke 101 dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik" versi majalah Rolling Stone Indonesia.
Nomor-nomor garang mereka di album yang sangat ciamik ini sangat menggugah selera dan dipenuhi dengan nyawa pada lirik pun menarik pada musik.
Rock, punk, dan hiphop berbaur, membangun sebuah kesatuan yang melahirkan nada-nada indah yang menjadi ciri khas band yang telah melahirkan 9 album ini. Tembang-tembang berbahasa Inggris seperti For The Thruth, Never be Lonely, Poisoned Garden, Bang Your Head, Why We Have, dan New Fashioned disajikan dengan apik diantara warna musik rock 90-an yang sangat kental.
Nah, bila 'Impresi' yang videonya dicekal televisi karena ada scene moshing yang belum lazim itu terdengar elok dengan tehnik drumming Richard yang menggemaskan maka For the Truth mempersembahkan aksi rappin' nan apik dari Yuki dengan balutan intro bass yang tebal.
Selain Impresi, Konsepsi, Si Berat, dan Dogma adalah tiga lagu berbahasa Indonesia yang cucok maricok di telinga dengan lirik makjleb dan melodi yang ear-catchy. Dogma sendiri merupakan bonus track di album yang rilis pada bulan Mei 1995 ini karena sebelumnya telah muncul di mini album mereka yang pertama.
Sedangkan nomor-nomor lembut mereka terasa begitu mengena. War, Fountain, dan Red Light Shooter yang di dedikasikan untuk almarhum Samuel Marudut, orang dibalik kesusksesan mereka itu menghiasi album dengan manis. Bila War memiliki baris 'uwouwo' nan ikonik dan Fountain memuat lirik 'to renew the day of my black yesterday' yang menguatkan maka Red Light Shooter terdengar sendu menyentuh berhias baris 'we walk together, like father and son'.