Bulan Juli lalu sempat beredar kabar tak sedap dari sebuah Universitas negeri di Manado berkaitan dengan acara Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MB) atau yang juga dikenal dengan Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (ospek).
Dalam acara yang bertujuan untuk mengenalkan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru (maba) itu terselip perintah dari para senior maba untuk melakukan adegan tak pantas di tengah-tengah acara ospek tersebut. Sungguh miris bukan, kemarin hari acara ospek disoroti karena banyaknya kasus kekerasan, eh sekarang kembali disenteri karena kasus pelecehan. Sebenarnya maunya apa tho ya para pemegang tampuk kekuasaan ospek zaman now ini?
Zaman saya kuliah dulu, ospek memanglah sebuah kata yang menakutkan walaupun sebenarnya sih gak harus menakutkan juga ya mengingat ospek itu adalah singkatan dari Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus, gak ada serem-seremnya, yang serem itu kalau lihat kuntilanak bercengkrama dengan pocong di bawah pohon randu.
Namun bagi mahasiswa baru bila mendengar kata ospek, terbayang sudah di kepala bahwa di acara itu bakal ada senior-senior yang memiliki kekuatan super dalam hal menggalaki para mahasiswa baru.
Junior penurut minus kesalahan saja digalaki apalagi yang sering membuat kesalahan, bakal ambyar di tangan para senior ini. Hukuman fisik dan verbal pun langsung beranjangsana di depan mata.
Ya, bagaimana gak banyak dihukum, tugas yang para senior berikan itu banyak yang aneh bin abdulah eh ajaib, terkadang gak kepikiran harus mencari dimana dengan waktu yang sangat terbatas. Itulah yang membuat salah seorang teman dulu berkata "Tugasnya susah, jadi males nyarinya." yang dilanjut dengan suara "plak" buah tamparan manis dari senior jendral .
Bagaimana gak males, kala itu pulang penutupan penataran P4, jarum jam telah menunjuk di angka 5, sore ya bukan subuh, kalau subuh mah pulang ronda. Badan rasanya sudah remuk redam ditambah perut mulas karena masuk angin terlalu banyak lesehan di lantai.
Jemputan datangnya telat, waktu tempuh kampus-rumah satu setengah jam sedangkan tugas untuk besok adalah membawa seonggok roti kadet. Maka dengan rasa mulas tingkat tinggi dan suasana badan gak karuan, saya pun keliling-keliling kota demi roti kadet yang di damba. Kalau sudah begini, yang saya ingat ya hanya motto para pemain football Amerika sana sebagai pelipur lara yaitu "No Pain No Gain".
Ospek itu memang suka lebay, padahal gak ada tuh poin lebay di tujuan dan fungsi ospek yang dikeluarkan kampus. Pokoknya kesalahan kecil berujung ke hukuman seperti push-up, skot jump, menyanyi dengan tema yang aneh-aneh, hidung ditempeli plester, jalan bebek, direndam di kali, lari keliling lapangan, dan sedikit "towelan" di pipi.
Selain tugas membawa barang-barang aneh dan gak familiar, seorang teman beda jurusan pernah diberi tugas menulis surat cinta lengkap dengan foto sang pujaan hati dan tanpa babibu sayalah yang dijadikan korbannya. Buat apa coba, bagi para jombloers itu kan penyiksaan lahir dan batin, foto siapa yang bakal di tempelin di surat cinta nan mendayu itu, ibu kos?. Ah tapi berpikir positif aja deh, mungkin tujuannya, bila ospek sudah berakhir, satu jurusan itu bisa jadi pujangga semua, pujangga cinta.
Nah, untungnya ospek yang saya alami dulu gak ada acara tendang-tendangan, injak-injakkan, atau model-model kekerasaan yang tak bisa dimaafkan lainnya. Bila ditanya hasil ospek apa? Ya, tahu ketua himpunannya yang mana, tahu mushola, perpustakaan, koperasi, dan ruang kuliah dimana, tahu teman-teman seangkatan yang mana, dan tahu nama senior yang jadi objek kecengan berjamaah para maba, hihi.