Punya baju andalan? Andalan ini bukan programnya Bu bidan kampung sebelah ya. Andalan disini setara dengan kojo dalam bahasa Sunda atau jimat dalam bahasa klenik dan perdukunan. Andalan dapat juga dikatakan sebagai sebuah bentuk yang "selalu ada dan membuat nyaman".
Nah, baju andalan ini adalah baju yang selalu setia menemani kita, para umat manusia dalam suka dan duka, sampai maut memisahkan. Baju yang selalu menjadikan hari-hari kita begitu indah, nyaman, tentram, dan sentosa. Dalam setiap fase kehidupan saya, selalu muncul si baju andalan ini. Misalnya saat masih bayi, baju andalan saya adalah berupa kain bedongan, begitu kata ibu. Waktu itu kalau saya belum dibedong dengan kain serupa batik, saya belum bisa tertidur pulas. Namun bila telah menempel dengan kain bedongan saya pun langsung bisa tidur karena memang sudah ngantuk aja sih, haha.
Zaman SD, baju andalan saya berupa rok selutut motif kotak-kotak plus bolero dengan motif yang sama. Baju itu saya pakai bila ada event-event khusus saja seperti pergi ke kota, menghadiri ulang tahun teman, dan berkunjung ke rumah saudara.
Saat itu membeli pakaian di toko bagi keluarga saya adalah hal yang bersifat "wah" . Lebaran adalah satu-satunya momen dimana saya dapat memiliki baju baru yang dibeli di toko pakaian dengan model yang tengah 'in' lengkap dengan sandal atau sepatunya. Nah, baju lebaran ini biasanya dibeli dari memecahkan celengan cap jago yang telah diisi selama satu tahun dari menyisihkan uang jajan dan kekurangannya baru dibantu oleh bapak dan ibu.
Beranjak SMP, saya pun membutuhkan baju andalan yang lebih simple, no bolero, no rok, no blus, no keroncong, yang saya butuhkan hanya celana panjang berbahan kanvas dan T-Shirt. Baju andalan saya ini jarang sekali beristirahat di lemari karena kemana-mana dua helai baju inilah yang selalu menemani.
Beberapa saat kemudian, ketika usia telah merangkak senja eh merangkak remaja, baju andalan saya adalah sehelai jaket. Jaket yang selalu melindungi saya dari dinginnya pagi dan tiupan angin sore saat pulang sekolah ini membuat saya merasa aman dan nyaman. Yap, aman dari gangguan orang-orang iseng yang sok kenal sok dekat ingin berkenalan dengan senjata nama yang menempel di seragam.
Mending kalau yang ngajak kenalannya anggota Trio Libels wahaha jadul, lha ini dia itu entah siapa, wetonnya apa, sidik jarinya gimana, kan bikin bete. Nah, dengan adanya sang jaket yang baik hati dan pandai menutupi membuat perasaan hati ini aman dan damai, jauh dari hal-mustahal yang tidak mengenakan.
Saat kuliah, baju andalan saya adalah jaket denim. Jaket ini berfungsi untuk melindungi saya dari dinginnya udara pagi dan malam hari secara saat itu saya harus berangkat pagi pulang malam demi menghindari kemacetan yang bibit-bibitnya mulai nongol.
Gak cuma itu juga sih, pulang malam karena hobi aja nongki-nongki, hihi. Selain jaket berbahan denim , saya pun memiliki celana jeans andalan yang jarang dicuci karena mencuci jeans itu adalah pekerjaan maha berat.
Jeans selalu saya padukan dengan T-shirt hitam keluaran brand lokal C-59 dan berbagai macam kemeja flanel kotak-kotak. Saya menyukai kemeja flanel karena bahannya yang lembut, kombinasi warnanya gak norak, dan motifnya yang tegas. Memakai baju andalan seperti ini setidaknya bisa membuat kita lebih mudah dikenali karena hampir setiap hari digunakan. Ini baju andalan apa emang gak punya yang lain lagi ya?
Menginjak usia dewasa, saya pun menjadi seorang pekerja kantoran, gak harus berseragam dong. Baju yang saya pilih lebih condong ke model dan bahan yang nyaman dan fleksibel.