Rein memetik gitarnya dengan serius, ia sedang mencoba trik menyetem gitar dengan baik dan benar ala Umam. Gadis itu berkali-kali memutar putaran gitarnya dan memetik senarnya tapi tetap saja ia belum menemukan nada yang pas. Print out chord dan lirik lagu yang ia dapat dari Umam seakan mengolok-oloknya tanpa ampun. Ia mencibir dan melemparkan kumpulan kertas kertas HVS yang telah lecek itu menjauh dari hadapannya.
Tetangga kosannya yang ahli bermain gitar sedang pergi entah kemana, tidak ada satu pun yang menongolkan batang hidung ketika ia membutuhkannya. Rein mendengus, lalu kembali menekuri gitar warisan kakaknya itu.
Akhirnya ia frustasi, mengacak-acak rambutnya lalu memainkan gitarnya dengan asal-asalan. Setelah puas melampiaskan nafsu angkara murkanya, ia pun mengenyahkan gitar berwarna coklat tua itu dari pangkuannya.
Karena keseriusannya yang sangat tak lazim itu, membuat ia tidak menyadari ada yang berdiri di ambang pintu sambil tersenyum-senyum.
"Kamu kenapa?" tanya Nara tiba-tiba..
Rein terlonjak dari duduknya.
"Haduh kakak ngagetin aja kenapa gak ketuk dulu."
"Ngapain ngetuk, orang pintunya kebuka kok."
"Ya sampurasun dulu kek."
"Rampes." sahut Nara kocak.
Rein cemberut, Nara menghampirinya, dan duduk di samping Rein.