Lihat ke Halaman Asli

Ika Septi

TERVERIFIKASI

Lainnya

Basa-basi yang Terkadang Membuat Perih Hati

Diperbarui: 26 Februari 2018   17:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : Haibunda.com

Pasar adalah tempat dimana saya dapat bertemu banyak orang, dari tetangga, teman baru, teman masa kecil, teman masa remaja, sampai teman masa kini, tapi tidak termasuk teman masa kegelapan karena sesungguhnya saya dan Voldemort itu beda aliran, aih.

Nah, sambil memilih sayuran atau ikan-ikanan yang tergeletak pasrah ditempatnya, saya dan mereka kerap terlibat small talk, bukan medium talk apalagi large talk, bisa-bisa diusir si empunya lapak karena kelamaan bercokol di lapaknya sambil berbusa ala kisah telenovela.

Karena saya orangnya gak hobi ngomong maka senjata andalan saya adalah senyuman dan menjawab pertanyaan seperlunya. Untuk teman yang kerap bertemu, pembicaraan biasanya diawali dengan pertanyaan masak apa hari ini. Lain lagi dengan teman yang baru bertemu pembicaraan biasanya diawali dengan sebuah pertanyaan keramat tentang jumlah anak, udah kayak sensus penduduk aja. Dan, yang malesinnya setelah dijawab, pasti ada embel-embel kalimat lain yang mengiringinya."Mbak, putranya berapa?"

"Satu."

"Wah irit banget, tambah lagi dong, kasian tuh putranya gak punya temen, nanti jadi manja lagi dan bla...bla...bla... sampai 200 kata.

Ada juga yang melanjutkan dengan petuah.

"Mbak, kalau banyak anak, banyak pula yang akan mendoakan kita nantinya."

Kalau sudah begini biasanya saya cuma bisa tersenyum saja, bukan sidang tugas akhir ini, gak wajib dijawab atau ditimpali dengan kalimat-kalimat yang mungkin saja bisa membuat suasana pertemanan baru menjadi keruh bagai air sungai Citarum yang kini tengah penuh.

Pertanyaan tentang anak memang senjata andalan bagi ibu-ibu yang ingin membangun obrolan, namun topik yang diangkat untuk mengakrabkan diri itu ternyata dapat melukai hati seperti yang terjadi pada teman saya.

Teman saya ini curcol katanya ia merasa sedih ketika ada temannya yang bertanya mengapa ia tak memberi adik untuk putra semata wayangnya yang telah berangkat besar. Ya, teman saya memang ingin memiliki buah hati kembali namun apa boleh buat kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk itu. Oleh sebab itu hatinya terasa terkoyak setiap kali ada orang yang menyinggung-nyinggung tentang masalah menambah anak. 

Dalam dunia pergaulan basa basi memang sangat lumrah saat kita bertemu dengan orang. Namun ada baiknya bila kita dapat memilih pertanyaan dan pernyataan yang kira-kira tidak membuat hati orang merasa tersakiti. Karena tiap-tiap orang memiliki sensitifitas perasaan yang berbeda-beda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline