Hari-hari kelabu, itulah sebutan yang ia sematkan untuk barisan hari diujung bulan dimana amunisi bagi perlengkapan perangnya kopong karena lebih dulu digembosi dengan suka cita di awal-awal minggu.
Dan di satu minggu terakhir itulah biasanya July melakukan kontemplasi ditingkahi dengan mensubsitusi nasi dengan mie. Terkadang ia bermeditasi sampai lupa diri tak mengisi lambungnya dengan makanan bertajuk mie (lagi).
Namun minggu ini lain cerita, semua rutinitasnya terkoyak dengan kehadiran Didi. Teman satu kosannya itu telah menambah kenikmatan semu di akhir bulan nan kelabu.
"Di, kamu amnesia ya?" July melirik Didi yang tengah asik memotong kuku kakinya, dari kanan ke kiri, sesuai sunah nabi.
"Kenapa memangnya?" Tanya Didi acuh tak acuh.
"Ini kan hari sabtu?"
"Terus?"
"Don Juan deMarco gak pergi tebar pesona ke rumah calon mertua?"
Didi mendengus. Ia bangkit dari duduknya, mendekati meja belajar July lalu duduk dikursi dengan tangan kiri menopang dahi.
"Kamu kenapa?" July penasaran dengan prilaku Didi.
"Kamu yang kenapa?" Didi bertanya balik.