Hari ini harga garam kemasan 250 gr masih bertahan di angka 3.500 rupiah yang pada keadaan normalnya hanya seharga 1.500 rupiah saja. Hal ini sempat membuat orang-orang yang terlibat langsung dengan penggunaan garam atau pun tidak kebakaran jenggot. Kalo saya sih santai aja, lha wong gak punya jenggot, mau kebakaran gimana? Hehe.Terlepas dari segala hal sebab musabab yang mewarnai kenaikan harga garam tersebut, pergerakan harga bahan makanan memanglah sangat dinamis. Ada beberapa hal yang menyebabkan harga-harga bahan makanan mengalami kenaikan atau penurunan, diantaranya adalah faktor luar negeri(kurs dolar), iklim dan distribusi.
Hampir setiap hari saya pergi ke pasar, otomatis sedikitnya tahu harga-harga bahan makanan yang mengalami kenaikan maupun penurunan. Karena sejatinya gak hanya kolor saja yang bisa naik turun namun harga barang pun bisa.
Di sektor perdagingan, harga daging ayam broiler adalah yang paling fluktuatif. Makhluk bernama ayam ini memiliki banyak penggemar yang membuatnya kecentilan, harganya naik turun tergantung suasana hati. Umpamanya hari ini 34.000, esok bisa saja 36.000 atau banting pesona jadi 30.000. Sedangkan harga daging sapi sebaliknya, ganteng kalem, bertahan di angka 120.000 untuk kualitas baik dan 85.000 untuk kualitas dibawahnya.
Sama dengan harga dagingnya, harga telur ayam pun mengalami kenaikan dan penurunan yang sadis. Harga tertinggi yang pernah saya alami ada diangka 24.000 rupiah sedangkan harga terendah dapat mencapai 17.800 rupiah saja. Biasanya nih bila harga telur ada di titik terendah, saya pun akan membabi-buta mencoba resep-resep makanan yang berbau-bau telur. Aji mumpung lah ya, memangnya selebritis aja yang punya jurus serupa demikian itu. Nah, untuk telur unggas lainnya seperti telur puyuh, telur bebek dan telur ayam kampung harganya relatif stabil, karena permintaannya tidak sebesar telur ayam negeri, sang primadona.
Sepanjang karir saya belanja di pasar, mungkin harga cabai domba lah yang sempat membuat saya tergugah untuk mengumpat #usapmuka. Betapa tidak, biang kerok rasa pedas ini harganya pernah menyentuh 120.000 perkilonya padahal biasanya hanya sekitar 30.000. Sudah bikin mules mahal lagi, sungguh tralala. Tapi semahal apapun cabai jenis ini, saya mah pantang mundur terus maju lah, secara hidup ini tak greget bila tak makan sambal.
Selain cabai, harga jengkol pun kerap kocar kacir. Sebelum lebaran kemarin, harga bahan makanan beraroma aduhai ini sempat berada di angka 80.000 perkilo. Sebuah rekor yang mantap jiwa. Nah, berita gembira bagi pecinta dunia perjengkolan, per-hari ini (28/9) harganya hanya 20.000 rupiah saja perkilonya.
Untuk bumbu-bumbu, bawang merah dan bawang putih adalah dua komoditas yang paling sering digoyang dengan permasalahan harga. Mereka ini bagaikan Marc Marquez dan Andrea Dovizioso saling susul dan saling kejar, untung aja gak sampe nyungsep. Untuk sikembar tak identik ini, saya sih sudah kebal. Gak pernah teriak-teriak lagi pake toa, malu, toa punya mesjid kok dijadiin media olah vokal, umpat sana sini. Lagian, siapa juga yang mau dengerin suara butiran debu kolaborasi bubuk rangginang ini.
Bagaimana dengan sayuran? Barisan kol, wortel, buncis, caisim, cuciwis, sawi, dan genk nya ini cenderung stabil-stabil ngangenin. Naik turunnya hanya berkisar di angka 1.000 atau 2.000 rupiah saja. Angin lalu lah yang ini mah, gak bakalan bikin masuk angin.
Nah, karena harga garam sedang mengalami kenaikan, saya pun langsung mencurigai harga ikan asin karena bagaimana pun ada garam ada ikan asin. Namun ternyata, komoditas satu ini tak lantas latah ikut naik. Santai kayak di pantai, gak ikutan meradang. Mungkin tahu diri, kalo menaikan harga, mereka tak lagi jadi gegara darah tinggi, gak asik, gak ada tantangannya. Akan halnya ikan beneran alias yang tidak diasinkan, harganya relatif stabil untuk ikan air tawar dan sedikit bergejolak untuk ikan air laut. Ya, karena lautan itu penuh misteri, kadang berbaik hati namun kadang mengganas tergantung kemana angin bertiup.
Dulu sebelum saya bergabung dengan barisan emak bapak penggiat belanja di pasar tradisional, bawaannya naik darah terus bila ada berita-berita tentang kenaikan harga. Merasa paling merana segalaksi bimasakti. Ingin rasanya manggil Chris Pratt, Vin Diesel sama Zoe Saldana, biar mereka mengabarkan kepada semua makhluk di berbagai galaksi maupun worm hole tentang kegalauan hati yang seluas samudra ini.
Namun, setelah saya merangsek lebih dalam ke dalam lorong-lorong pasar dan hati para penggiatnya, saya jadi malu sendiri karena ternyata para emak dan bapak yang berbelanja di pasar itu santai-santai aja, gak ada yang marah-marah lalu membuat spanduk dengan hiasan nomor-nomor cantik dan bendera berwarna-warni ala pelangi untuk mencurahkan isi hati.