Lihat ke Halaman Asli

Ika Septi

TERVERIFIKASI

Lainnya

Di Penghujung Senja (26)

Diperbarui: 18 Maret 2024   03:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi : hope4womanmag

Rein menatap pantulan wajahnya di cermin yang tergantung di dinding kamar  Lea yang dipenuhi aroma cologne favorit sahabatnya itu. 

Wajahnya terlihat segar oleh sapuan tipis bedak tabur yang baru saja Lea usapkan dengan kuas bedak yang berukuran lumayan besar.  

Rambutnya yang biasanya acak-acakan kini tertata rapi dengan hiasan sebuah bando hitam bertahtakan bintang-bintang kecil di tengah lengkungannya.

Pandangan Rein meluncur ke bawah, dress bunga-bunga berwarna pink lembut berhias renda kecil yang sangat feminim di bagian leher dan ujung bawah rok melengkapi penampilannya malam ini. 

Beberapa menit lalu Rein dan Lea sempat beradu argumen tentang dress berwarna pink itu.

"Pink? kamu gak punya warna lain lagi apa selain pink?"  Rein sewot.

"Gak punya sayang, pink ini bagus, sesuai kok sama kulit kamu, coba dulu deh." Lea mencoba untuk bersabar.

"Ogah, aku mau warna hitam." Seumur-umur ia tak pernah memakai baju berwarna pink, koleksi bajunya kalau tidak hitam, biru, hijau atau putih.  Pink ? gak ada tempat untuk warna pink di lemari pakaiannya.

"Ini kawinan, non, bukan pemakaman. Tinggalin dulu deh warna punk kamu ganti sama pink, kan cuma beda huruf vokal doang." Lea terlihat jengkel.

"Cuma beda huruf vokal yang kawin kan yang ngundang, yang diundang bebas dong pake warna apa aja, lagian aku bukan anak punk." Rein manyun.

"Iya terserah kamu aja deh, tapi aku gak punya warna hitam, titik!"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline