Hanya ada dua jenis manusia di muka bumi ini, yaitu manusia baik dan manusia jahat, begitulah yang berlaku dalam dunia film cowboy layaknya Magnificent Seven dan The Young Riders. Dua film serial yang sangat memorable di tahun 90-an dan awal 2000-an ini pun menunjukkan sebuah potret keberagaman, dimana pertemanan tidak dibatasi oleh ras dan kepercayaan. Di serial Mag7, ada Nathan Jackson yang berkulit hitam diantara para cowboy berkulit putih, sedangkan di The Young Riders, ada seorang Indian Kiowa bernama Running Buck dan seorang Afro Amerika bernama Noah Dixon yang berbaur di perusahaan titipan kilat Ponny Express.
Bila ingin melihat keberagaman yang lebih kompleks, silahkan tonton Mag7 versi layar lebar besutan sutradara kondang Antoine Fuqua ini. Di film yang kembali mempertemukan dua bintang Training Day, Denzel Washington dan Ethan Hawke itu terdapat sosok-sosok yang berbeda ras . Sam Chisholm yang seorang African America berkumpul dengan Goodnight Robicheaux dan Jack Horne bule Amerika, Josh Faraday yang berdarah Irlandia, Billy Rocks yang berasal dari Asia, Vasquez dari Mexico, serta Red Harvest yang merupakan seorang Indian Comache.
Film remake setelah versi Yul Brynner di tahun 1960 yang diadaptasi dari film Seven Samurai-nya Akira Kurosawa yang kondang ini cukup menghibur, dengan bumbu komedi dan tembak-menembak yang heroik dari revolver milik Chisholm dan Faraday, Colt milik Emma sampai Gatling yang dioperasikan oleh pengikut sang tokoh antagonis Bartholomew Bogue yang diperankan oleh si kalem Peter Sarsgaard.
Di film yang rilis 23 September tahun lalu ini, Ethan Hawke menghapuskan kerinduan akan gigi emas milik Ezra di serial Mag7. Kepiawaian Billy Rocks yang diperankan oleh Byung-Hun Lee dalam memainkan pisau dan bidikan tepat sasaran anak panah Red Harvest yang diperankan oleh Martin Sensmeier memberikan tontonan yang lain diantara rentetan peluru yang dimuntahkan dari winchester, colt, shotgun, revolver, sampai senjata laras panjang kegemaran Wiliam F. Cody, rifles.
Di kisah ini ketujuh orang teman dari latar belakang yang berbeda bahu-membahu melakukan peperangan yang bahkan bukan tentang mereka demi menolong sesama. Yap, berteman dalam kemanusiaan, itulah yang membuat mereka begitu magnificent.
Sekian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H