Lihat ke Halaman Asli

Ika Septi

TERVERIFIKASI

Lainnya

[Bulan Kemerdekaan RTC] Obrolan di Kedai Kopi pada Suatu Malam

Diperbarui: 18 Agustus 2016   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : www.teaterdelik.blogspot.com

Bagus menikmati seruputan terakhir kopi gayonya sementara di luar sana berbagai macam kendaraan masih kusut berjejalan tak terurai. Bunyi klakson bersahutan terdengar bagai jeritan memilukan. Asap knalpot mulai frustasi memenuhi udara malam. Para supir kendaraan umum sibuk berhitung diantara rasa lelah yang mendera. Pengendara motor berusaha saling mendahului dalam ruang sempit terhimpit himpit.

"Gak pulang bang? Kopi nya sudah habis tuh."

"Pulang? Kamu ngusir aku? Kamu sendiri kenapa belum pulang, sudah off kan?"

"Ya sama dengan abang, nunggu jalanan sepi. Stres bang kalau di suruh macet macetan."

"Miris ya, dulu kita dijajah oleh bangsa lain, kini setelah menikmati kemerdekaan selama 71 tahun, kita terpenjara di jalan raya kita sendiri." Bagus menatap ke luar jendela kedai kopi itu.

"Ya begitulah bang, hari gini, urat sabarlah yang sangat di perlukan manusia manusia seperti kita ini."

"Bukan jalan raya yang lebar ya?" Bagus menyeringai.

"Ya itu juga, tapi kan abang tahu sendiri lah."

"Bila saja ada jalan layang di depan sana, mungkin tidak akan semacet ini." Bagus menunjuk jalan di luar sana dengan dagunya.

"Jalan layang seperti di film nya Bruce Willis itu ya bang, yang bisa di lewatin F35." Gading tertawa sambil memainkan tangannya di udara.

"Lha iya, jalan layang yang lebar dengan tiang tiang pancang yang kokoh,"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline