Nasi kuning atau disingkat naskun adalah makanan yang identik dengan syukuran. Gak percaya? Percaya aja deh, kenapa? Karena naskun ini di percaya orang dapat mendatangkan berkah bagi yang memakannya yaitu berkah menjadi kenyang hehe.
Menurut adat Jawa, penggunaan naskun yang biasanya dibentuk menjadi tumpeng untuk perayaan syukuran atau selamatan mempunyai filosofi tersendiri. Warna kuning nasinya menggambarkan kekayaan, keberlimpahan, dan rezeki, sedangkan tumpengnya sendiri mempunyai filosofi yang berkaitan dengan moral yang luhur dan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Tapi ya sudahlah, saya gak akan ngomongin nasi tumpeng, yang saya bakal omongin sekarang adalah si naskun nya.
Nah, begitu melekatnya identitas naskun sebagai menu syukuran maka tak heran ketika saya membuat nasi kuning di rumah untuk sekedar iseng, seorang tetangga yang sempat bertandang ke rumah pun melancarkan pertanyaan “ada acara syukuran apa nih, ulang tahun?“ dan hanya cengiran lah yang menjadi jawabannya.
Begitulah nasib si naskun ini, selalu membuat tetangga penasaran. Entah memang iya penasaran atau karena habis dengar bang haji nyanyi, ya entahlah.
Dulu ketika saya masih kecil, saya sempat memperhatikan ibu atau nenek saya memasak naskun dan yang terpikirkan di kepala adalah bahwa memasak naskun itu membutuhkan banyak pengorbanan lahir dan batin, ribet tanpa ampun. Dari mulai mencuci berasnya, membumbui sampai menanak nasinya. Dan saya pun berketetapan hati bahwa saya tak akan pernah mau bikin nasi kuning bila saya besar nanti, janji memasak No 1.
Tapi waktu berganti, cuaca berubah eh masa berubah dan saya pun menjadi seorang warlock alias pengingkar janji. Janji memasak No. 1 yang sebelumnya membekas ibarat tatoo nya yakuza, saya tip ex tebal tebal,di setrika dan diakhiri dengan menyemprotkan sinar laser, hilang sudah, mengapa ? karena membuat naskun untuk sekarang ini ternyata semudah bang Eddie Vedder memainkan ukulelenya.
Di jaman serba instan seperti sekarang ini, membuat naskun bukan lagi sebuah tantangan, tinggal cemplung cemplung beras, bumbu instan, santan instan, alat masak instan, ceklik, dalam 1 jam naskun sudah bisa di sandingkan dengan kerabatnya di meja makan.
Bila ingin lebih mudah lagi, boleh dicoba produk naskun instan, cepat, mudah, dan enak. Namun bila tidak ingin bersentuhan dengan alat masak, lebih baik beli yang sudah jadi saja, karena saat ini naskun gmudah sekali ditemui di mana mana, dari pagi sampai malam menjelang.
Entah mulai kapan dan siapa pelopornya, tren naskun sebagai menu syukuran bergeser menjadi makanan yang di jual orang sebagai menu sarapan bahkan makan malam.
Di Bandung sendiri ada beberapa tempat yang suka saya sambangi bila hasrat memakan naskun sedang merebak. Tempat pertama ada di Jalan Pasir Koja kawasan Bojongloa. Lapaknya buka malam hari, lauknya sangat bervariasi dari telur balado sampai semur jengkol. Penggemar naskun di tempat ini lumayan banyak.