PENDAHULUAN
Perubahan iklim yang menjadi perhatian dunia Internasional telah banyak memberikan dampak negatif pada berbagai aktivitas kehidupan di bumi, termasuk sektor kehutanan di wilayah pesisir. Dampak negatif perubahan iklim tersebut antara lain tergenangnya daerah pantai dan ancaman tenggelamnya pulau-pulau terkecil akibat kenaikan permukaan air laut, badai tropis, hantaman gelombang besar dan rob (Read & Robert, 2010) serta ancaman bagi keselamatan jiwa manusia akibat peningkatan intensitas badai topis (UNFCCC, 2007), menurunnya kualitas air bersih di Amerika Latin dan terganggunya ketersediaan air bersih dan pangan di benua Afrika. Diperkirakan pada tahun 2020 sekitar 75 hingga 220 juta penduduk akan mengalami kekurangan air bersih (UNFCCC, 2007; Liverman, 2007).
Sebagai negara berkembang yang berbentuk Kepulauan dan berada di daerah tropis, Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim. Bappenas (2011) melaporkan bahwa perubahan iklim dunia telah memberikan dampak di berbagai Sek-tor secara langsung maupun tidak langsung di Indonesia. Di sektor kelautan dan perikanan, dilaporkan bahwa pada tahun 2005 hingga 2007, Indonesia telah kehilangan 24 pulau kecil. Di sektor pertanian, kekeringan dan banjir telah mengganggu hasil panen pertanian di berbagai daerah di Indonesia dan penurunan kapasitas produksi sumber daya lahan, sumber air, dan infrastruktur Pertanian (irigasi). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2008) Bappenas (2011) melaporkan perubahan iklim berpotensi Meningkatkan persentase penurunan hasil Pertanian dari 2,5-5% menjadi lebih dari 10%. Selama periode 1991 hingga 2006, luasan lahan Pertanian yang dilanda kekeringan berkisar antara 28.580 hektar hingga 867.930 hektar per tahun dan Areal pertanian yang rusak berkisar antar 4.614 Hektar hingga 192.331 hektar.
PEMBAHASAN
Masyarakat di sepanjang pesisir memiliki kebiasaan makan yang berbeda. Konsumsi makanan pokok mereka sering kali didasarkan pada sumber daya laut karena mereka memiliki kecenderungan untuk bergantung pada hasil laut dan lingkungan alam. Sumber daya laut sering kali menjadi dasar konsumsi. Selanjutnya, Ketahanan pangan dapat didukung oleh konsumsi pangan yang tinggi di daerah pesisir. Hal ini dapat membantu memastikan ketahanan pangan mereka. Namun ada juga kesulitan yang berkaitan dengan pasokan dan aksesibilitas pangan, terutama di lokasi pesisir yang miskin sumber daya. sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang pola konsumsi pangan masyarakat pesisir untuk membantu inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan mereka. upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan mereka. Beberapa contoh pangan yang dikonsumsi oleh Masyarakat pesisir, yaitu:
- Olahan laut
- Masyarakat umum secara konsisten mengkonsumsi berbagai produk makanan laut, termasuk ikan, udang, cumi, kerang, dan rumput laut. Bagi mereka, ikan adalah salah satu protein terpenting.
- Bahan pangan local
- Selain makanan laut, masyarakat umum juga mengonsumsi produk pangan lainnya seperti kelapa, jagung, nasi, dan produk lokal. Beberapa daerah pesisir juga memiliki sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat dan lemak.
- Pangan karbohidrat
- Meskipun paling sering dikaitkan dengan konsumsi makanan laut, sebagian besar orang juga mengonsumsi nasi, ketela, jagung, atau sagu sebagai karbohidrat utama.
Iklim telah memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap kehidupan masyarakat di pesisir, seperti naiknya suhu dan naiknya permukaan air laut yang meningkatkan intensitas dan frekuensi gelombang pasang, yang pada akhirnya akan berdampak pada rusaknya teumbu karang. Selain itu, akan terjadi perendaman atau pergeseran kemampuan bakau ikan akibat volume udara di lautan yang secara signifikan akan mengurangi kapasitas reproduksi ikan. Selain itu juga akan terjadi perubahan rasio jenis kelamin pada beberapa biota laut, seperti penyu. Beberapa hal telah terjadi, baik sebagai hasil dari stimulus pemerintah maupun sebagai inisiatif dari masyarakat setempat yang tangguh, namun hampir tidak mengubah situasi yang ada hasilnya adalah ditemukannya masyarakat pesisir yang tidak memiliki kelebihan kebutuhan pangan, dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengelolaan wilayah pesisir dan lautan harus dilakukan dengan cepat agar dapat menyesuaikan diri dengan terjadinya perubahan iklim global. Pergeseran awal musim yang menyebabkan hujan berkepanjangan tentu sangat berakibat fatal bagi para Masyarakat pesisir Pantai. Jika kondisi ini terus berkelanjutan tentunya berpengaruh terhadap perekonimian Masyarakat pesisir Pantai. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Masyarakat pesisir Pantai sebagai bentuk adaptasi terhadap iklim, yaitu:
- Diversifikasi sumber penghasilan
- Diversifikasi sumber penghasilan yang dapat dilakukan oleh Masyarakat pesisir yang pertama adalah beralih ke sektor pertanian atau pariwisata. Hal ini bisa dilakukan jika hasil tangkapan laut menurun akibat perubahan iklim. Masyarakat bisa beralih ke pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim atau pariwisata lokal.
- Peningkatan Infrastruktur dan Teknologi
- Meningkatkan teknologi dan infrastruktur masyarakat pesisir merupakan langkah penting dalam mendorong keberlanjutan sosial dan keberhasilan ekonomi. Pemerintah dan organisasi terkait sedang mengerjakan sejumlah proyek untuk meningkatkan kondisi infrastruktur saat ini, yang dapat meningkatkan standar hidup masyarakat pesisir.
- Pendidikan dan Penyuluhan
- Masyarakat umum harus diberitahu tentang perubahan lingkungan dan bagaimana menyesuaikan diri dengan kondisi ini. Pelatihan mengenai teknik pertanian yang lebih ramah iklim, atau metode untuk menganalisis sumber daya alam yang lebih efektif dan berkelanjutan, sangatlah penting. Inisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya menjaga lingkungan, seperti mengamati laut dan samudra, serta metode untuk mengurangi dampak negatif polusi plastik terhadap ekosistem
- Pembangunan Ekonomi Berbasis Komunitas
- Masyarakat umum dapat membentuk kelompok atau tim untuk bekerja sama dalam mengatasi iklim. Misalnya, menggunakan teknologi, pengetahuan, dan sumber daya sehari-hari untuk menganalisis sektor perikanan dan pertanian secara sistematis. Menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan, seperti energi matahari atau angin, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan usaha produktif dapat mengurangi dampak bahan bakar fosil yang berkontribusi terhadap perubahan lingkungan.
- Restorasi Ekosistem
- Salah satu cara untuk melindungi pantai dari abrasi dan banjir adalah dengan mempelajari ekosistem mangrove, yang juga dikenal sebagai hutan pantai yang rusak. Selain itu, ekosistem ini juga berkontribusi terhadap keberlanjutan sumber daya laut. Memperbaiki terumbu karang yang rusak dapat meningkatkan keanekaragaman hayati laut dan melindungi pantai dari kerusakan yang disebabkan oleh gelombang tinggi.
- Perencanaan Tata Ruang yang Adaptif
- Hal ini dapat mengurangi kerugian akibat dampak perubahan iklim dengan mengatur penggunaan lahan pesisir dengan baik, seperti dengan mengizinkan pembangunan di daerah rawan banjir atau erosi dan dengan menciptakan ruang yang aman untuk bisnis dan permukiman. Masyarakat umum dapat membuat rencana evakuasi dan prosedur tanggap darurat untuk menghadapi bencana alam seperti tsunami, banjir, atau badai tropis.
- Pengelolaan Sumber Daya Alam Secara Berkelanjutan
- Memanfaatkan teknik budidaya berbasis iklim, seperti akuakultur atau tambak berbasis iklim, dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim terhadap stok ikan dan ekosistem perairan. Masyarakat umum dapat berpartisipasi aktif dalam melindungi karang dan hutan bakau, yang berfungsi sebagai penahan ombak dan melindungi pantai dari erosi. Hutan bakau juga berfungsi sebagai habitat penting bagi berbagai biota air.