Lihat ke Halaman Asli

Ika Prihatiningsih

I am an Author

Perundungan Anak dan Kualitas Sumber Daya Orangtua

Diperbarui: 23 Juni 2020   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengaruh lingkungan dalam perkembangan psikis anak-anak sangat berpengaruh. Secara fithrahnya, anak-anak itu harus bahagia, merdeka,  bebas, tidak boleh ada ketakutan atas ambisi penguasaan dari pihak luar. Orang tuanya sekalipun.

Budaya perundungan menjadikan psikis anak-anak rusak. Membentuk mereka menjadi pribadi minder, introvert atau justru sebaliknya, menjadi pribadi pemberontak, temperamen. Apapun itu perundungan itu sangat tidak baik, dan tidak selayaknya dilakukan.

Dewasa ini, seiring lajunya budaya digitalisme, pengaruh modernisasi masuk begitu masif ke dalam dunia anak. Kebebasan beraktualisasi telah menggeser tajam nilai-nilai etika dan norma. Anak-anak tak lagi dalam dunianya lantaran filter budaya tak lagi seketat era dimana titah orang tua adalah 'racun' sehingga anak-anak tak berani melanggar titah itu. Yang terjadi adalah lahirnya generasi individual yang ingin selalu menang sendiri.

Kini tontonan sudah jadi tuntunan. Lihat saja mana tontonan televisi yang cocok buat anak-anak? Hampir zero. Orang tua dihadapkan pada kebingungan memilih antara membiarkan atau menarik mundur anak-anak mereka dari pergaulan.

Orang tua mana yang kebingungan? Tentu mereka orang tua yang tahu kebutuhan fithrah anak-anaknya. Orang tua yang resah anak-anaknya akan terpenetrasi pengaruh lingkungan yang buruk. Bukan orang tua yang hobi mengejar dunia, sementara anak-anak dititipkan pada nenek atau tetangga. Setelah pulang kerjapun ia tak mengurus anaknya, malah sibuk memoles wajah dan smoothing rambut. No, Big No!

Ada fenomena yang sebenarnya tidak ganjil karena watak pergaulan sekarang memang begitulah adanya. Sedang marak anak-anak kurang perhatian akibat ditinggal orang tua bekerja, dititipkan pada orang lain, dia menjadi pribadi perundung (pembully), cenderung suka menguasai orang lain, suka menyuruh dan mengancam. Konklusinya simpel, dia kurang perhatian dan ingin diperhatikan dengan caranya.

Media seolah memberi referensi. Dari tahayul hingga kekerasan dipertontonkan. Didukung pengawasan dan pendampingan orang dewasa  yang sangat kurang. Sifat anak-anak yang cenderung suka eksperiman terfasilitasilah sudah. Teman, adik, kakak jadi sasaran trial and error. Mirisnya, menjadi kepuasan tertentu bila ada yang kemudian terluka fisik bahkan mental. Artinya, trialnya berhasil. Lebih mirisnya lagi orang tua yangb seharusnya menjadi kontrol justru membiarkan. Menjadikan perundungan itu hal biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline