Lihat ke Halaman Asli

Nez Dwyn

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ saya Inez

Makan Siang Bersama Hari Ini di Warung Soto Sokaraja

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan-bulan mendekati akhir tahun di negara Indonesia , hujan sering turun. Semakin sering saat menjelang sore.

Pagi tadi gerimis, tak sampai deras. Berangkat dari rumah sudah pakai mantel hujan warna merah. Atasan saja, tak pakai pasangannya ,celana panjang merah. Ahh kebiasaan. Malas bawa.

Berniaga, berjualan sampai siang, titipan makanan hampir semua habis terjual. Siang saat bel pulang, kantin tempat mama jualan paling awal tutupnya. Lalu janjian makan siang di jalan buntu, warung soto. Pas, hujan gerimis turun lagi.

Keluar kantin, mamah membonceng papah pakai motor. Mereka berangkat dulu. Aku pakai mantol merahku, lalu bersepeda, nggowes sendiri. Kami bertiga bertemu di warung.

Tempatnya di pinggir jalan yang menurun. Tak lebih luas dari lapangan badminton, tapi selalu ramai anak muda. Aku datang cuma kami bertiga di tenda seberang. Warung tempat memasak di barat jalan, tempat makan di timur jalan. Kami biasa duduk yang ada di timur jalan, walaupun barat jalan juga bisa dipakai.

Ini warung yang disuka mamah. Mengapa? Sotonya,  walau bukan soto asli daerah sini, sangat menggugah selera dan menggoyang lidah. Namanya Soto Sokaraja. Kuliner soto favorit mamah karena dulu beliau pernah tinggal di Purwokerto dan berkenalan dengan makanan berkuah itu. Sebelum aku tahu warung ini, kenalan dengan soto Sokaraja saat SMA, salah satu kantin menjualnya. Dan penjual di warung inilah, orangnya asli Banyumas. Sotonya mama suka, aku juga suka. Maka tempat ini seperti tempat langganan kami untuk cari soto istimewa dari Banyumas sana.

Kawasan warung ini banyak dicari mahasiswa, maklum dekat kampus dan kos-kosan. Warung juga menyesuaikan harga anak kuliahan. Murah euy...

Masih hujan, kami disuguhi gorengan masih hangat di satu piring. Ada tempe dan tahu brontak (tahu isi campuran wortel kecambah). Per satu gorengan Rp 500 saja. Hangat, murah. Soto datang, ibu penjual membawa satu per satu, sambil pegang payung di satu tangan lainnya. Soto pertama buat mama, tanpa kubis. Lalu kedua buat papah, ketiga buatku. Tiga kali PP bawa piring soto , ibu penjual , maafkan aku tak membantu cuma bilang terima kasih dengan senyum.

Mangkuk dengan makanan hangat saat hujan sudah di atas meja. Melihat isinya, ada irisan ketupat, irisan daging, kubis, kecambah, kuah bumbu kacang , kerupuk. Saat ketupat habis, akan ada nasi sebagai pengganti. Akan tetapi, soto ini adalah Soto Sokaraja, mamah bilang lebih pas pakai ketupat. Minumnya aku bawa air putih, mamah juga. Pesan teh satu gelas buat minum papah.

Lima menit mungkin belum habis, selesai makan sotonya. Di luar masih hujan. Mamah beli gorengan lagi. Mau dibawa pulang jadi cemilan. Sekalian bayar. Tiga soto @Rp 3500 dan beberapa gorengan plus satu teh. Habis Rp 18.000 untuk makan siang. Bertiga.

Mamah papah boncengan pulang dulu. Aku pakai lagi mantolku, ucapkan terima kasih ke ibu penjual yang lagi nggoreng, matur suwun buuu.

Sepeda kukayuh ke jalanan yang menanjak, menyusul pulang. Habis isi energi, ayo kuras energi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline