Di dalam hidupku yang penuh banyak rintangan ini saya selalu bersyukur mungkin aku hanya seseorang yang tidak mengerti apa-apa,saya juga bersyukur bisa melanjutkan studi saya di perguruan tinggi institut agama islam negri jember walaupun saya jauh dari rumah saya tetap bersemangat untuk berangkat ke kampus, walaupun setiap harinya saya berangkat dengan mengayuh ontel dengan tak kenal panas maupun hujan saya tetap bersemangat.
Awal saya di jember saya hanya sendiri tidak punya saudara dan saya juga belum menemukan seorang teman ,saya hanya sendiri .Di kota yang jauh dari rumah ini lah mengajarkan ku artinya kemandirian akan tetapi saya ingin mengakhirinya dengan pulang ke kampung halamanku, namun waktu dan jarak yang menjadi batasan .Pahit manisnya dalam perantauan telah menjadi makanan sehari-hari ,bahkan bisa di bilang hati ini sudah tidak pernah merasakan kebahagiaan dan hanya kesedihan yang saya rasakan di dalam hidup di perantauan .Rindu akan kebersamaan bersama keluarga yang dulu selalu ada ,namun sekarang hanya kesendirian yang menemani hari-hariku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H