Lihat ke Halaman Asli

Ika Maya Susanti

TERVERIFIKASI

Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Toleransi Muhammadiyah dan NU di Desa Lopang

Diperbarui: 31 Maret 2024   20:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan syekher di Lapangan Desa Lopang yang biasa diadakan masyarakat NU, ternyata banyak disukai warga Muhammadiyah. Sumber foto: dokpri

Malam itu adalah malam pertama saya tarawih. Malam pertama juga bagi saya yang setengah tahun lalu pindah ke desa Lopang, Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan.

Namun ada yang janggal. Apalagi waktu melihat suami dan sulung saya yang tak jadi tadarus, dan ikut pulang menyusul saya ke rumah.

Tak hanya itu. Saya sadari ternyata bukan hanya musala tempat kami saja yang tak mengadakan tadarus. Tapi juga di masjid dan musala lainnya.

"Kita menghormati yang belum tarawih malam ini," ujar suami.

Sempat saya melongo. Padahal toh selama ini masjid dan musala Muhammadiyah hanya memasang lirih pengeras suara. Tapi tetap saja, mereka malah memilih meniadakan tadarus di malam pertama tarawih waktu itu.

Perbedaan Penetapan Puasa dan Lebaran yang tak Pernah Dipermasalahkan

Bukan hanya sekali dua kali saja perbedaan penetapan puasa atau lebaran antara Muhammadiyah dengan NU. Namun hal tersebut tak pernah menjadi masalah di desa tempat saya tinggal sekarang.

Seperti halnya saat 1 Ramadan di tahun ini. Jika Muhammadiyah memulai puasa pada tanggal 11 Maret, NU berdasarkan rukyat hilal, akhirnya memutuskan puasa pada 12 Maret.

Atau saat lebaran Idul Fitri tahun kemarin yang juga berbeda. 

Namun dari pengamatan saya, selalu ada toleransi antara mereka yang Muhammadiyah dengan yang NU di kampung saya tinggal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline