Wanita menjadi bos atau atasan di Indonesia kini bukanlah hal yang baru lagi. Banyak wanita yang mampu merintis jenjang karir hingga posisi atas. Tak dielakkan, wanita yang memiliki karir hingga posisi atas ini dapat memiliki bawahan termasuk para pegawai pria.
Namun, sering kali terjadi konflik yang melibatkan atasan wanita. Hal ini timbul karena adanya karakter wanita yang memiliki sifat sensitif dan emosional.
Tapi sebetulnya ada keuntungan lho dari adanya atasan wanita. Ia biasanya memiliki sifat keibuan yang menyayangi atau mengayomi.
Wanita juga memiliki sifat teliti. Dari sifat ini, sebetulnya ada keuntungan yang bisa didapatkan oleh seorang perempuan yang menjadi atasan yaitu belajar dari kesalahan atas tugas yang telah dikerjakannya.
Di sisi lain, sifat teliti ini bisa juga menimbulkan rasa capek pada bawahan yang mendapatkan tugas dari atasan wanita. Ada kemungkinan mereka yang menjadi bawahan bisa harus mengerjakan tugasnya berkali-kali
Wanita yang terkadang memiliki karakter emosional juga dapat menimbulkan kesulitan bagi dirinya untuk memilah antara profesionalisme dan emosional. Untuk menghadapi hal ini bawahan harus pintar-pintar mengambil saat di mana atasannya sedang dalam kondisi good moodnya muncul.
Ada beberapa tips bagi bawahan dalam menghadapi atasan wanita. Pertama-tama, kenali dahulu karakter kepribadian atasan terutama pada beberapa karakter seperti apakah ia memiliki watak pemarah, emosional, ataukah demokratis.
Selanjutnya, jadikan atasan wanita sebagai teman. Ketika ia memiliki good mood, dekati dia dengan mengajaknya makan bersama, ngobrol, atau curhat. Karena, wanita pada umumnya menjadikan kantor juga sebagai bagian dari lingkungan yang dekat dengannya.
Untuk karyawan yang sedang kurang menyukai sikap atasan wanita ketika ia ada dalam posisi emosional, jangan ngambek.
Usahakan pada porsi kita sebagai bawahan. Tidak usah terlalu menunjukkan sikap kita. Biasa-biasa saja. Karena marahnya atasan wanita biasanya hanya sebatas itu saja.