Telah banyak mulut bungkam
Kata-kata terhalang helai masker
Suara kian parau
Isak tangis di mana-mana
Lagu huru-hara berganti haru biru
Lampu penerang di bilik kontrakan kian redup
Oleh bayang-bayang penghuninya
Mi instan dan teh manis hampir tawar
Menjadi penenang raut-raut yang disergap gusar
Di antara teguk dan kecap
Hati mereka tak henti zikir