Desa Kupang adalah sebuah desa di Kecamatan Curahdami, Kabupaten Bondowoso, yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Sebagai desa yang kegiatan ekonominya bergantung pada sektor pertanian, ketersediaan pupuk menjadi hal yang krusial. Keluhan warga desa terkait terhambatnya distribusi pupuk urea di desa Kupang membuat mahasiswa kelompok 40 KKN UNEJ Periode 1 TA. 2022/2023 berinisiatif untuk mengadakan pelatihan pembuatan pupuk organik padat.
Inisiatif ini didasari oleh fakta bahwa banyak warga desa Kupang yang memelihara sapi, akan tetapi kotoran sapi yang dihasilkan hanya ditumpuk dan dibuang tanpa ada pengolahan lebih lanjut. Selain dapat membantu petani untuk mendapatkan alternatif pupuk urea yang sedang langka, pemanfaatan kotoran sapi sebagai pupuk organik padat juga dapat dijadikan peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan warga desa Kupang.
Pelatihan pembuatan pupuk organik padat dilaksanakan pada hari Senin, 30 Januari 2023 di pendopo balai desa Kupang dan dihadiri oleh ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), perwakilan kelompok tani (poktan), petugas penyuluh lapang Dinas Pertanian, dan pemuda desa. Dalam pelatihan pembuatan pupuk organik padat ini, mahasiswa KKN Kelompok 40 UNEJ bekerja sama dengan Bapak Baidhowi, pencetus sekaligus ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Wisata Organik Lombok Kulon Bondowoso.
Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan bahwa dalam pembuatan pupuk organik padat selain produknya dimanfaatkan untuk pertanian dan dijual, proses pembuatannya juga dapat ditawarkan sebagai sebuah paket wisata edukasi, seperti yang telah diterapkan di desa wisata Lombok Kulon. Ide ini diharapkan dapat membantu desa Kupang untuk membangkitkan kembali wisata Bukit Mahadewa yang sebelumnya kolaps karena pandemi COVID-19.
Kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan pupuk organik padat oleh ketua Gapoktan Desa Kupang yang sudah memiliki pengalaman membuat pupuk organik padat. Beliau menjelaskan bahwa dalam membuat pupuk organik padat, kotoran sapi yang digunakan haruslah yang sudah kering dan telah diayak untuk memisahkan kotoran yang telah terurai dan belum.
Kotoran ini kemudian dicampur dengan arang sekam, dan ditambahkan larutan molase dan EM4. Pupuk yang telah dibuat kemudian didiamkan selama 7-14 hari sambil dikontrol agar suhunya tidak terlalu tinggi. Pembuatan pupuk dikatakan berhasil bila pupuk berubah warna menjadi lebih gelap dan mengeluarkan aroma sedap seperti aroma ragi.
Dari kegiatan ini diharapkan masyarakat desa Kupang dapat memiliki alternatif dan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk urea yang sedang langka. Produksi pupuk organik ini juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat desa Kupang melalui penjualan pupuk dan potensi wisata edukasi pembuatan pupuk organik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H