Lihat ke Halaman Asli

ika lailatulkhasanah

architecture student

Dampak Covid 19 terhadap Pendidikan Anak

Diperbarui: 21 Desember 2020   02:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sudah hampir setahun lamanya wabah virus corona merajalela di dunia, tak terkecuali Indonesia. Pemerintah Indonesia telah mengambil sejumlah kebijakan untuk memutus rantai penularan covid 19 salah satunya dengan cara belajar dari rumah bagi para siswa/siswi maupun para mahasiswa/mahasiswi.

Belajar jarak jauh atau belajar online nampaknya tidak menjadi masalah bagi sebagian perguruan tinggi yang sudah memiliki sistem akademik berbasis daring. Menjadi masalah bagi perguruan tinggi lain yang tidak memiliki sistem tersebut.

Dampak yang dirasakan para mahasiswa yang belajar dari rumah salah satunya adalah beban tugas terlalu banyak dan materi yang diberikan pun tidak efisien saat belajar offline. Para dosen memberikan materi lewat zoom atau google meet yang mengharuskan adanya kuota dan sinyal yang bagus agar dapat mengikuti kuliah online maka dari itu pemerintah memberikan kuota gratis terhadap para mahasiswa namun banyak mahasiswa yang tidak menggunakan kuota tersebut untuk kepentingan belajarnya. Adapun dosen yang hanya mengirimkan meteri perkuliahan berupa file yang dikirimkan di grup whatsaap sehingga menyebabkan kartu memori handphone penuh, namun banyak mahasiswa yang tidak mempelajari materi yang diberikan karena terlalu malas sehingga saat mengerjakan tugas pun tidak maksimal dan berprinsip "yang penting mengumpulkan". Mahasiswa yang system belajarnya melakukan praktek pun tidak dapat melakukan praktek seperti biasanya, menyebabkan mahasiswa tidak dapat menangkap ilmu -- ilmu yang diberikan dosen dengan baik karena belajar dari rumah menyebabkan para mahasiswa malas dan bosan.

Di level Pendidikan dasar, menengah dan atas secara teknis pembelajaran jarak jauh juga banyak mengalami kendala. Peserta didik yang keluarganya tidak memiliki akses internet atau bahkan tidak memiliki handphone akan ketinggalan pembelajaran ketika tugas belajar disampaikan lewat aplikasi whatsapp atau yang lainnya. Menyikapi kondisi seperti itu, pihak sekolah seyogyanya memeberikan kebijaksanaan, misalnya memebrikan tugas dalam bentuk kertas.

Selain itu dampak belajar dari rumah bagi peserta didik menengah atas selain beban tugas terlalu banyak adalah tuntutan untuk dapat mencermati dan mempelajari materi pelajaran sendiri dengan cepat. Apabila peserta didik diberi ruang untuk bertanya kepada guru melelui aplikasi whatsapp itu tidak cukup waktu dan akan sulit bagi siswa yang tidak dapat memahami hanya dengan tulisan dan harus dijelaskan secara gamblang seperti saat belajar disekolah.

Bagi peserta didik sekolah dasar orang tua dituntut memaksimalkan perannya dalam mendampingi putra -- putrinya. Orang tua harus berperan aktif dalam membimbing putra -- putrinya dalam proses pembelajaran dari rumah agar berlangsung dengan baik dan menyenangkan.

Pembelajaran dirumah memungkinkan sebagian orang tua stress dalam mendampingi anak apabila anak susah diatur, hanya ingin main, dan malas belajar. Belum lagi jika anaknya banyak dan orang tua harus bekerja untuk mencari nafkah ditambah harus mengerjakan tugas -- tugas anaknya yang malas belajar.  Lalu, bagaimana jika peserta didik sekolah dasar yang memiliki orang tua yang gaptek terhadap internet dan kurangnya Pendidikan orang tua? Akan sulit bagi peserta didik menerima pembelajaran.    

Maka dari itu belajar dari rumah atau belajar online tidaklah efisien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline