Lihat ke Halaman Asli

Berlomba-lomba Melakukan Pencitraan, Tapi Pembangunan Negara Diabaikan

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh : IKA FEBRIYANTI

Negara sedang mengalami pergejolakan yang sangat luar biasa di tahun 2014 ini. Tahun 2014 yang disebut dengan tahun politik, digunakan oleh sebagai oknum untuk mencari keuntungan dan kesenangan semata untuk pribadinya sendiri. Di tahun ini terjadi pergantian pemerintahan atau yang bisa dapat disebut dengan regenerasi pemerintahan lama ke pemerintahan yang baru. Banyak para aktor yang ingin masuk ke dalam ranah politik untuk merebutkan kekuasaan di tahun 2014 ini. Dengan kesempatan ini para oknum melakukan berbagai cara untuk mendapatkan kekuasaan tersebut.

Untuk mendapatkan kekuasaan tersebut berbagai aktor politik melakukan pencitraan dengan berbagai cara untuk dapat menarik hati masyarakat. Pencitraan yang dilakukan oleh beberapa aktor politik tidak hanya seadanya saja melainkan mereka mengerahkan berbagai cara baik terjun langsung ke masyarakat maupun dibalik layar. Para aktor tersebut melakukan pencitraan dengan penuh eksistensi, mereka rela mengeluarkan uang banyak untuk melakukan pencitraan tersebut. Ada beberapa aktor yang membuat iklan-iklan di televisi, radio, media massa yang membutuhkan banyak dana, hal ini tetap dilakukan oleh para aktor politik tersebut demi tercapai keinginannya tersebut.

Tetapi sangat disayangkan, dibalik pencitraan yang sangat hebat dan heboh ini masih banyak kecacatan dibalik negara ini. Pencitraan yang diutamakan tapi kebobrokan negara semakin menjadi-jadi. Banyak rakyat yang kurang diperhatikan oleh negara. Negara sibuk dengan pergantian pemerintahan ini tetapi lupa akan kesejahteraan rakyat dibawahnya. Rakyat-rakyat miskin disana masih perlu perhatian khusus dari aktor-aktor politik tersebut. Contohnya saja di Banten, anak-anak mempertaruhkan nyawanya untuk berangkat sekolah karena mereka harus melewati sebuah tali untuk menyeberangi sungai. Hal ini sangat ironis sekali, bahwa aktor-aktor politik tersebut sibuk dengan memikirkan berbagai cara untuk melakukan pencitraan tetapi rakyat bahwa memikirkan masa depan yang penuh dengan tantangan tersebut.

Apakah pencitraan yang dilakukan harus mengabaikan pembangunan yang ada di negara ini? Seharusnya ini dapat menjadi salah satu studi khusus aktor-aktor politik dalam melakukan pencitraan dengan melakukan sesuatu yang menyetahterakan rakyat, memikirkan rakyat yang belum tersentuh oleh kebijakan negara, dan melakukan pembangunan negara ke yang lebih baik lagi, bukan memasang iklan-iklan yang membutuhkan uang dana banyak. Rakyat Indonesia tidak hanya butuh pencitraan yang hanya di awal saja, tetapi rakyat ini membutuhkan pembangunan yang dimulai dari sekarang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline