Lihat ke Halaman Asli

Lomba Blog

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyaknya lomba Blog yang menjamur di dunia maya menjadikan para pegiat keyboard semakin termotivasi. Melalui media penyelenggara web dan pendukungnya twitter dan facebook, para penulis ala keyboard ini semakin jauh beranjak memaksimalkan otak dan keinginan untuk terus berekspresi dan maju.

Dalam paruh tahun pertama sudah ada puluhan lomba yang diselenggarakan oleh Blog berbasis pemerintah, lembaga sosial, lembaga swadaya, dan individu web blog. Yang banyak dishare saat ini adalah kebudayaan, seni, pariwisata dan support bidang iklan. Memang kadang asik sekali menggeluti tulisan-tulisn berkompetisi. Banyak penulis-penulis mengandalkan informasi-informasi dunia maya, sehingga sangat terlihat secara eksplisit dalam tulisan-tulisannya bahwa dia hanya berpegang pada intuisi dan bukti-bukti non otentik, seperti informasi maya.

Namun banyak pula yang mengandalkan pengalaman telah melaksanakan perjalanan jauh. Dengan berbekal pengalaman tersebut seorang penulis jauh lebih menguasai apa yang akan ditulis dan didukung dengan foto-foto yang akurat dan sesuai. Penulis semacam ini sangat terlihat jelas secara eksplisit dalam tulisannya, mudah dipahami alurnya, dan tidak berbelit-belit.

Apakah ada kriteria-kriteria tertentu untuk Lomba Blog? Menurut hemat saya sejak awal sudah ditentukan keberadaan lomba ini mencantumkan kriteria-kriteria yang papar agar supaya tidak ada kekecewaan peserta lomba dikemudian hari. Blog memang sangat banyak fitur-fitur rumit dimana setiap pembacanya bisa menikmati. Apabila slaah satu kriteria lomba tersebut adalah desain blog yang menyesuaikan dengan tulisan, maka sangat laik diungkapkan di awal pengumuman lomba dimana setiap blogger akan juga berusaha mendesain template blog masing-masing. Apabila tidak maka desain blog akan sangat mempengaruhi hasil keputusan juri lomba blog tersebut. Maka blog-blog dengan tulisan-tulisan menarik namun diiringi dengan desain blog yang minim akan langsung tersisih.

Tulisan-tulisan peserta yang saya baca sangat beragam gaya. Hal ini disebabkan karena latar belakan penulis yang bukan orang-orang bahasa atau linguistics. Salah satu peserta yang menang saya acung jempol karena memakai diksi-diksi khas. Seperti lagu-lagu milik KLA Katon Bagaskara, terkenal dengan kata-kata baru yang bahkan tidak ditemukan di KBBI. Namun dengan memahami konteks secara keseluruhan, diksi-diksi beragam yang dipakai oleh penulis ini sangat bisa dipahami dan dinikmati. Lain halnya dengan pemenang-pemenang lain yang mengandalkan pengalaman dan info-info statistik. Informasi seperti itu kadang membuat pembaca menjadi jenuh. Berkutat dengan angka-angka yang memedihkan mata. Namun itulah yang terjadi, justru tulisan ini yang muncul sebagai pemenang. Belum lagi dengan tulisan definisi-definisi layaknya kamus, menunjukkan specs-specs sebuah lokasi wisata, atau informasi-informasi ingredients sebuah produk yang sangat identik satu sama lain. Namun apa yang terjadi sungguh di luar dugaan.

Tulisan-tulisan itu memenangkan lomba ini!! Oh my God!

Semuanya menjadi mungkin. Betapapun usaha-usaha mempromosikan wisata daerah dengan gaya artikel fiksi agar tulisan menjadi tidak kaku dibaca menjadi termarginalkan dengan tulisan yang penuh dengan specs-specs lokasi wisata. Dan tulisan itu hanyalah sebagai sebuah pepesan kosong. Nepotisme dan kolusi akhirnya sangat erat kaitannya dengan lomba Blog. Sebuah komunitas milis dan blogger akan berpikir dua kali untuk tidak membalas memberikan penghargaan pada komunitas lain yang telah memberikan hadiah sebelumnya. Iming-iming berbentuk iPad memang sangat menarik. Namun bila merujuk pada event-event lomba sebelumnya yang saling berkait dan seolah hanya bertukar hadiah saja menjadikan event ini terlihat sangat memuakkan.

Mungkin perlu berpikir panjang untuk memasukkan tulisan-tulisan berbobot, tulisan yang telah dipuji secara offline tetapi tidak di online, tulisan-tulisan yang secara tidak langsung mempromosikan kepada dunia tentang satu produk, satu lokasi geografis dan wisata. Kadang melintas pikiran-pikiran jorok, kenapa harus pusing mempromosikan wisata daerah yang jauh dari tempat tinggal kita. Kota kecil ini masih banyak membutuhkan jari-jari lentik untuk memperkenalkan bahwa kota ini ada.

Dan Lomba Blog hanyalah sekedar ajang bertukar hadiah semata, dan bukannya evaluasi terhadap tulisan dan promosi yang sesungguhnya. Ciyan!

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline