Lihat ke Halaman Asli

Terjemah Laman yang Menyesatkan

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sylvia Plath dalam puisinya yang cukup terkenal ‘Daddy' cukup menyentuh.  Tapi kemudian setelah baca terjemahan bebas simbah..jadi sama sekali tak tersentuh. Jadi depresi!!

Kita tidak mungkin mengandalkan Google untuk menerjemahkan situs yang kita buka. Ada beberapa yang benar dan ada banyak yang salah.

1.    Tidak adanya kestabilan terjemahan dari bahasa pertama ke bahasa kedua. Kadang Google menerjemahkan, kadang tidak.

2.    Tidak stabilnya pemakaian istilah dari baris awal ke baris selanjutnya. Tadinya ayah, kemudian daddy..

3.    Pemakaian diterangkan dan menerangkan menjadi masalah besar dalam terjemakan laman ini, ternyata simbah tidak paham bahwa ada perbedaan yang cukup prinsip antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

4.    Mungkin simbah juga cuma bisa menrjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, buktinya ada bahasa Jerman disana. Tapi hasilnya tetap alias nggak ngarti. Xixixi..

5.    Terjemah harfiah untuk penulisan karya sastra akan menimbulkan polemik berkepanjangan. Seorang professor di bidang sastra saat ini mendapat tambahan tugas penting yaitu bisa menerjemahkan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya, dan hasil terjemahannya juga memiliki nilai sastra yang sama dengan aslinya. Nah loh..

6.    Terjemahkan laman mungkin akan berguna bagi mereka yang punya keperluan mendadak hingga sudah tidak lagi memiliki waktu untuk buka2 kamus. Namun demikian bisa juga berguna bagi kepentingan sains karena tidak terlalu berhubungan dengan huruf melainkan angka. Hmm benarkah asumsi ini..Wallahu alam bisshawab

Selanjutnya pendapat maupun analisa yang ditujukan kepada puisi ataupun hasil karya sastra yang lain adalah sepenuhnya ada pada mereka yang berikan apresiasi. Hasil apresiasi karya sastra adalah buah pikiran positif yang bisa menambah khazanah dan wawasan bahkan kepada orang lain yang membaca karya yang sama. Untuk hasil terjemah laman, simbah masih memberikan kesempatan kepada pembaca untuk keperluan editing demi kebaikan semua. Hal yang sama juga dilakukan oleh situs pengetahuan yaitu Wikipedia.

Sylvia memang betul2 menyentuh, sayang terjemah laman-nya menjadi sangat kacau.

Seorang wanita penulis puisi terkenal, tinggal di London ini seringkali mendesain puisinya sangat terpengaruh oleh latar pribadinya yang dikelilingi oleh Nazi Jerman.  Daddy adalah salah satu puisi Sylvia yang yang banyak menceritakan tentang pasukan Panzer ini. Tahun 1920 an adalah waktu yang masih purba bagi masyarakat Indonesia, jarang seorang wanita bisa lanjut study dengan mudah. Tapi tidak di London.  Saat itu bahkan Sylvia sudah mengajar di perguruan tinggi, ayahnya yang seorang professor bidang sains meninggal saat Sylvia masih kecil karena diabetes. Ini juga sangat mempengaruhi karya2 Sylvia saat itu. Peristiwa2 saat itu bertemu dengan orang2 Yahudi juga salah satu bahan menarik puisi2 Sylvia.

Inilah puisi Sylvia Plath (penulis pusi/Poet favorit saya) berjudul ‘Daddy', untuk mengenang ayah Sylvia. Tulisan inipun untuk mengenang Sylvia Plath yang mati muda karena bunuh diri di kediamannya di London.

Daddy

Sylvia Plath - Google

You do not do, you do not do

Anda tidak melakukannya, anda tidak melakukan apapun lagi

Any more, black shoe

Setiap hitam lebih sepatu

In which I have lived like a foot

Dimana saya memiliki hidup seperti kaki

For thirty years, poor and white,

Selama tiga puluh tahun, miskin dan putih

Barely daring to breathe or Achoo.

Nyaris tak berani bernapas atau Achoo

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline