Lihat ke Halaman Asli

Inilah Permasalahan Ibukota

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ibu Kota sebuah Negara adalah cermin segalanya. Masyarakat  berfikir kalau Jakarta adalah pusat segalanya, yang menjanjikan kemewahan, ketenaran, kegemerlapan, sehingga banyak orang dari Desa berduyun-duyun ke Jakarta. Padahal sebenarnya ibu kota adalah ibu kita. Apa hubungannya antara ibu kota dengan ibu kita? Semua orang punya ibu, ibu sebenarnya tempat kita mengadu, menumpahkan beban. Begitupula dengan ibu kota ini, ia telah menahan beban yang tak tertahankan. Tapi karena seorang ibu yang biasanya penuh akan kasih sayang, semua beban ditanggungnya, semua beban ditahannya, dan itulah ibu kota, beban apapun ada di Jakarta.

Dibalik gemerlapnya Jakarta ada hal-hal yang sebenarnya sangat memprihatinkan. Ada yang cantik, yang menarik, yang bersih, yang mewah, namun ada juga yang kumuh, yang kotor, yang bermukim di gubuk reot. Bahkan sampah masyarakatpun ada di ibu kota.

Ibu kita tidak akan pernah mengeluh menanggung beban anak-anaknya. Begitu juga ibu kota, tidak akan pernah mengeluh menanggung beban, menanggung sampah-sampah manusia, sampah-sampah peradapan. Tapi kita harus tahu diri, memperlakukan ibu kota selayaknya ibu kita. Harus kita sayangi, menyayangi ibu kota berarti kita harus disiplin, tidak boleh semena-mena.

Meskipun ada yang bilang, “Sekejam-kejamnya ibu kita, masih kejam dan sadis ibu kota.” Karena di sini orang hidup menjadi individualistis, loe… loe… gue.. gue… Dalam artian banyak orang yang datang dari Desa merasa tercampakkan, kecewa, stress berat, karena ternyata ibu kota tak seperti yang ia bayangkan. Harapannya ke kota adalah untuk mendapatkan citra bagus, kemewahan, dan segela gemerlap yang dipamerkan oleh saudaranya baik lewat TV, maupun waktu idul fitri saat saudaranya mudik, semua uang di bawa, semua pakaian di bawa, mobil dan kendaraan mewahnya di bawa. Sehingga dianggapnya ibu kota ini adalah surga. Padahal Jakarta ini juga neraka bagi banyak orang yang tidak mampu bersaing. Karena itu kita harus sadar, bahwa ibu kota tidak hanya milik Jakarta, tapi ibu kota adalah milik Indonesia. Kita harus beritahukan pada saudara kita bahwa di Jakarta tidak hanya ada surga, tapi banyak juga neraka, kalau orang yang masuk tidak siap dengan pengetahuan dan keterampilan untuk bersaing.

Oleh karena itu, mari kita memilih wakil rakyat yang peduli menjadikan Jakarta ini tidak hanya untuk orang Jakarta, tapi untuk seluruh warga Indonesia, bahkan dunia.

*Parni Hadi

Pengamat Masalah Ibukota




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline