Lihat ke Halaman Asli

Tragedi Cangkir Kembar

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mahpud secara tak sengaja bertemu dengan gadis manis yang kala itu memakai jasa ojeknya. Sekilas wajah mereka terlihat mirip, dan Mahpud dengan percaya diri yang tinggi menganggap gadis itu adalah jodohnya. Ia lantas mencari cara untuk bisa mendekati gadis bernama Siti itu.

Namun tiba-tiba Siti kehilangan sebuah cangkir titipan orangtuanya. Ia mengaku kehilangan cangkir antik itu saat perjalanan pulang dengan ojek Mahpud. Memanfaatkan kesempatan, Mahpud segera menawarkan diri untuk membantu mencarinya.

Sebetulnya, Mahpud sengaja menyembunyikan cangkir Siti agar dia selalu punya alasan untuk berdekatan dengan gadis itu. Siti yang memang tengah jengah dengan sikap Ramon yang mengacuhkan dirinya pun mulai terikat dalam sebuah perasaan lain di hatinya pada Mahpud. Kedua insan naif itu saling jatuh cinta dengan mengatasnamakan pencarian cangkir.

Hingga berminggu-minggu hubungan mereka terus terjalin, menguatkan rasa yang mengakar jauh di dasar hati, yang perlahan memudarkan nama Ramon dari dalam relung Siti. Namun, ia merasa bersalah juga, karena ia hingga detik itu masih resmi menjadi kekasih Ramon. Tentu saja Mahpud tidak pernah tahu tentang pacar Siti itu. ia takut Mahpud akan meninggalkannya begitu tahu.

“Seandainya cangkir kamu nggak ketemu gimana?” tanya Mahpud suatu saat, melirik Siti yang duduk dengan gelisah di sebelahnya

“Ya harus ketemu. Soalnya itu berharga sekali buat saya sekeluarga” gadis berparas manis itu menjawab seadanya. Tinggal sedikit lagi Mahpud. Saya akan menyelesaikannya nanti malam, dan setelah itu kita bisa bersama.

Ya. Siti memang berencana untuk mengakhiri hubungannya dengan Ramon. Ia secara khusus memohon Ramon untuk bicara berdua nanti malam. Siti sudah lelah menjalin hubungan yang berputar-putar dengan lelaki itu. Baginya saat itu, Mahpud lebih dari segalanya dibandingkan Ramon.

“Kalau gitu saya janji akan segera menemukannya, apa yang penting buat kamu, sama pentingnya untuk saya” Mahpud sudah berniat mengakhirinya sekarang. Kepura-puraannya yang tak tahu dimana cangkir milik Siti itu. Ia sudah lelah. Lelah berlagak jadi Jaka Tarub yang menyembunyikan selendang sang bidadari hanya untuk merebut hatinya.

Senyuman Siti diiringi oleh senja yang menghujam malam, yang sebentar lagi akan membuatnya menyeruak. Saat dimana Siti akan melakukan sebuah keputusan yang diakuinya memang cukup berat. Mengingat hubungannya dengan Ramon sudah berlangsung lebih dari empat setengah tahun.

“Kamu sudah yakin dengan keputusanmu itu?” lelaki dengan seragam salah satu Bank nasional itu akhirnya bersuara. Setelah ribuan aksara yang diuntai gadis pujaanya sedari tadi, seolah belati yang menyayat-nyayat perasaannya.

Lelaki itu adalah Ramon. Yang dulu sempat membuat Siti mabuk kepayang, namun sekarang ia tak lebih hanya sekumpulan kesalahan yang tak pantas lagi untuk dipertahankan. Ramon memang menyadari dirinya kahir-akhir ini selalu sibuk dengan pekerjaannya. Hal yang semata-mata ia lakukan lebih keras untuk masa depannya dengan Siti kelak. Mengapa gadis itu menjadi tidak sabaran sekarang?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline