Lihat ke Halaman Asli

Ika Adhani S

Biologist.

Mikroalga, Sang Penyelamat Sumber Energi Bumi

Diperbarui: 13 Januari 2019   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tahukah anda? Saat ini dunia sedang menghadapi tantangan dalam penyediaan energi. Terutama pada negara berkembang seperti negara tercinta kita Indonesia. Jumlah penduduk yang banyak menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan konsumsi energi yang cukup tinggi didunia. 

Berdasarkan data yang didapatkan, konsumsi energi Indonesia mencapai 7% pertahun. Sedangkan konsumsi energi dunia saat ini yaitu hanya sekitar 2,6 % (Setiawan, 2017). Dari data tersebut kita dapat mengetahui bahwa angka konsumsi energi Indonesia melebihi konsusmsi energi dunia. Dengan banyaknya angka konsumsi tersebut, Indonesia mengalami krisis sumberdaya energi khususnya bahan bakar minyak. 

Tak bisa dipungkiri bahwa bahan bakar minyak yang berasal dari fosil lama-kelamaan akan habis bila terus digunakan. Terlebih lagi, masyarakat indonesia sangat tergantung pada bahan bakar minyak. Tapi jangan khawatir dengan perkembangan ilmu bioteknologi yang semakin pesat kita dapat mengembangkan sumber energi alternatif yang terbarukan dan ramah lingkungan seperti biodiesel.

Apa itu biodiesel ? biodiesel adalah bahan bakar yang dapat diperoleh dari lemak hewan dan minyak tumbuhan seperti dari kelapa sawit, kemiri, jarak, kacang tanah dll. Biodiesel ini dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif yang sangat menguntungkan karena dapat diperbaharui dan ramah lingkungan karena menghasilkan emisi gas CO2 yang rendah bila dibandingkan dengan solar lainnya sehingga ramah lingkungan, selain itu karena bahan baku yang digunakan berasal dari bahan alami menyebabkan substansi yang didalamnya tidak beracun dan mudah untuk diurai.

Saat ini bahan baku biodiesel tidak hanya terbatas pada tumbuhan dan hewan saja tetapi ada satu bahan baku lain yang sangat potensial yang dapat digunakan, yaitu mikroalga. Mikroalga ini menjadi biodiesel generasi ke-3 yang lebih menguntungkan dari pada generasi sebelumnya yaitu pangan dan tanaman (non pangan). Memang bisa ya mikroalga dijadikan bahan baku biodiesel? bagaimana caranya? Ayo kita simak lebih lanjut...

Keterbatasan sumber daya minyak di Indonesia saat ini, mengharuskan kita untuk menggali potensi energi terbarukan. Mikroalga adalah alga berukuran kecil yang biasa dijumpai di air tawar maupun air laut. Seperti yang kita ketahui negara indonesia memiliki laut yang luas dengan kondisi iklim yang tropis dan cahaya matahari yang terus tersedia, hal ini menjadikan indonesia memiliki sumberdaya perairan yang melimpah salah satunya sumberdaya mikroalga.

Mikroalga ini merupakan sumber yang paling potensial pemanfaatannnya untuk dijadikan sebagai biodiesel. Dikatakan potensial karena mikroalga memiliki energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber biofuel lainnya karena produktivitasnya yang tinggi. 

Beberapa dari spesies mikroalga mampu mengakumulasi lipid dalam jumlah banyak, lipid inilah yang digunakan sebagai bahan baku biodiesel. Selain itu, mikroalga tidak membutuhkan lahan pertanian yang luas dan kualitas air yang bagus untuk pertumbuhan biomassanya sehingga memudahkan kita untuk mengembangbiakkannya dan tidak bersaing dengan tanaman pangan. 

Biomasaa yang erkandung dalam mikroalga juga mengandung bahan-bahan bermanfaat seperti minyak, protein, vitamin, mineral, pigmen, betakaroten, bahan bakar aktif, dan serat.

Anda semua pasti bertanya-tanya kan kira-kira, spesies apa ya yang dapat digunakan sebagai biodiesel dari mikroalga ini? Spesies yang digunakan dalam produksi mikroalga ini adalah Nanochloropsis gaditana. Spesies ini merupakan sel berwarna kehijauan, tidak motil, dan tidak berflagel. N. gaditana ini merupakan alga bersel satu yang termasuk ke dalam kelas Eustigmatophycaea, yang biasa dikenal dengan marine Chlorella. N. gaditana ini bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana, kecuali pada tempat yang sangat kritis untuk pertumbuhannya. 

Menurut Isnansetyo dan Ekawati (2005) kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan spesies ini adalah 25oC-30oC. Spesies N. gaditana digunakan dalam produksi biodiesel karena berdasarkan penelitian bahwa spesies N. gaditana pada kondisi yang optimal dapat memproduksi lemak sekitar 60% dari berat keringnya, sehingga spesies N. gaditana potensial untuk dijadikan bahan baku biodiesel.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline