Lihat ke Halaman Asli

Ika Juni Astiti

Universitas Ahmad Dahlan

Remaja Nakal? Efikasi Diri Solusinya

Diperbarui: 19 Juli 2024   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Ika Juni Astiti dan Iyan Sofyan

(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris dan Dosen PG PAUD)

Universitas Ahmad Dahlan

Dilansir dari Kompasiana.com menurut Wilis (2014) kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh remaja yang melanggar hukum, agama, dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat sehingga dapat menyebabkan kerugian bagi orang lain, mengganggu ketentraman masyarakat umum, termasuk dirinya sendiri. Masa remaja sendiri merupakan masa di mana seseorang sedang mencoba untuk menemukan gaya hidup atau jati diri yang paling cocok dengan dirinya dengan metode trial and error, dan hal ini biasanya akan memunculkan suatu kesalahan. Kesalahan ini tentu sangat merugikan diri sendiri dan orang disekitar akan tetapi tetap dilakukan lantaran menyenangkan temannya.

Kenakalan yang kerap dan umum dilakukan oleh kalangan remaja yaitu perundungan, menurut Kemdikbud terdapat 52 kasus penanganan perundungan di jenjang SMP, SMA, dan SMK sepanjang tahun 2021-2023 ini. Beberapa contoh kenakalan remaja lain yang kerap dilakukan oleh remaja diantaranya yaitu mengonsumsi narkoba, balap liar, berjudi, tawuran antar sekolah, meninggalkan bahkan tidak masuk sekolah tanpa adanya keterangan, merokok, mengonsumsi alkohol, menonton video porno, seks bebas, mencuri, pembunuhan, dan kenakalan di era digital. Kenakalan di era digital diantaranya yaitu Cyber-bullying (pembullyan secara daring), Screen-aggression (perilaku agresi akibat menggunakan gadget), Virtual shoplifting (men-download konten digital tanpa izin), Sextortion (memaksa orang lain untuk melakukan tindakan seksual) (Kompasiana, 2023).

Menurut penelitian, salah satu faktor psikologi yang dapat mencegah terjadinya kenakalan pada remaja adalah self efficacy atau efikasi diri yang tinggi. Menurut Bandura (1997) seorang alhi psikologi, efikasi diri merupakan suatu keyakinan seseorang kepada kemampuan diri mereka sendiri yang kemudian akan mempengaruhi bagaimana cara individu tersebut merespon situasi atau kondisi tertentu.

Seorang remaja yang memiliki efikasi diri tinggi memiliki beberapa dampak positif diantara yaitu mampu membaca situasi, mencegah hambatan, serta mengatasinya, memiliki tujuan hidup yang pasti, pandai dalam menyusun suatu rencana, aktif dalam memilih peluang yang bermanfaat bagi dirinya, mengurangi overthinking dan stress yang dapat merugikan diri dan orang lain, dan bekerja keras dalam mencapai tujuannya. Sebaliknya, efikasi diri yang rendah pada remaja dapat menyebabkan pola perilaku seperti memiliki tingkat motivasi dan komitmen yang rendah, kurang percaya diri atau minder, mudah gelisah, memiliki pemikiran pesimis akan tujuan hidupnya, tidak memiliki usaha atau pikiran untuk memperbaiki kegagalan yang ia perbuat, kurang dalam berusaha mengejar tujuan hidupnya, menghindari tugas, insecure atau hanya memikirkan kekurangan dirinya, serta kurang aktif dan lebih memilih untuk pasif.

Efikasi diri dapat ditanamkan dan ditingkatkan pada remaja melalui beberapa hal diantaranya yaitu pemberian pola asuh dan kasih sayang yang positif dari orang tua kepada anak atau remaja. Orang tua merupakan lembaga pendidikan pertama bagi seorang remaja, tiap perilaku orang tua pasti akan mempengaruhi bagaimana efikasi diri seorang remaja. Sebagai contoh, apakah orang tua telah memenuhi kebutuhan remaja dengan benar. Apakah orang tua telah memberikan dukungan dan berkomunikasi secara baik dengan remaja, sehingga remaja akan fokus untuk menggapai tujuan mereka tanpa membutuhkan validasi dari lingkungan luarnya seperti teman sebaya. Komunikasi yang baik antara orang tua dan remaja juga akan mengakibatkan keterbukaan remaja sehingga apabila seorang remaja memiliki suatu masalah maka dapat terdeteksi dan teratasi dengann tepat. Dukungan dari orang tua juga akan meningkatkan kepercayaan pada diri remaja sehingga efikasi diri mereka meningkat.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri pada remaja yaitu bimbingan atau konsultasi dari guru di sekolah. Salah satu tugas lain dari seorang guru selain mengajar materi secara intelektual yaitu juga membimbing murid secara emosional. Guru harus dapat memberikan pemahaman dan pendekatan secara emosional pada murid, yang kemudian dapat memberikan kenyamanan pada murid sehingga mereka dapat terbuka. Kemudian guru dapat melakukan konsultasi kepada murid terkait permasalahan mereka, guru juga dapat memberikan arahan mengenai permasalahan yang tengah dihadapi oleh murid. Guru juga dapat memberikan apresiasi atas setiap proses yang telah dilalui oleh murid bagaimanapun hasilnya. Sekolah pun harus mendukung penuh dengan menciptakan suasana pembelajaran dan lingkungan yang nyaman dan ramah bagi murid. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan efikasi diri atau kepercayaan diri bagi murid.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline