Lihat ke Halaman Asli

Gagasan Jokowi Mewujudkan Indonesia Jadi Poros Maritim Dunia

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1407743997782854729


BANYAK kalangan yang mengapresiasi gagasan dari Capres Ir H Joko Widodo (Jokowi) untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Gagasan tersebut disampaikan oleh Presiden terpilih itu pada acara debat Capres pada Pemilihan Presiden Indonesia 2014, beberapa bulan lalu.

Gagasan itu sangatlah strategis ditinjau dari letak geografi negara kita yang berada di persilangan dua benua dan dua samudera serta sumber daya alam Indonesia yang sangat  melimpah.

Banyak kalangan yang merasa seakan baru terbangun dari tidur ketika gagasan itu dicuatkan oleh Jokowi --yang dalam Pilpres 2014 berpasangan dengan Drs H Jusuf Kalla (JK).  Harus kita akui meski Indonesia yang sangat besar dan wilayahnya sebagian besar terdiri dari lautan, tapi seolah keberadaannya terlupakan. Bahkan wilayah kita lebih banyak “digarap” oleh pihak asing, termasuk yang “menggarap”-nya secara ilegal –terutama di lautan. Padahal kerugian illegal fishing ini mencapai puluhan triliun rupiah.

Dengan adanya gagasan yang disampaikan oleh Jokowi dengan poros maritimnya, masyarakat Indonesia yang jumlahnya sekitar 245 juta jiwa akan memeroleh kesejahteraan secara menyeluruh. Bahkan negara kita akan sangat dihormati oleh negara-negara lain yang selama ini meremehkan Indonesia.

Gagasan Presiden terpilih itu untuk membangun Indonesia sebagai poros maritim dunia sebagai doktrin geopolitik yang akan membawa kejayaan bagi Indonesia. Hal itu sekaligus membawa  kesadaran bahwa masa depan dunia berada di kawasan Pasifik.

Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dan sumber daya alam yang melimpah, merupakan potensi yang sangat besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Kemajuan perekonomian itu bukan untuk kepentingan Jokowi, tapi kepentingan seluruh masyarakat kita secara keseluruhan.

Pada tahun 2012, Badan Pangan Dunia/Food and Agriculture Organization (FAO)  dan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga dalam hal produksi perikanan. Posisi itu berada di bawah RRT dan India.

Yang perlu dipikirkan adalah dengan laut yang sangat luas, Indonesia sudah harus menapaki peringkat teratas dalam produksi perikanan tersebut. Tentu banyak langkah dan terobosan yang harus dilakukan oleh kita. Apalagi Presiden terpilih sudah menyampaikan gagasannya tentang poros maritim. Mudah-mudahan gagasan itu memeroleh sambutan dari berbagai kalangan, sehingga kejayaan maritim Indonesia –yang sudah pernah dibuktikan kepada dunia--  akan kembali terulang sepanjang masa.

Rear Admiral Alfred Thayer Mahan, seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat, pakar geostrategis, dan pendidik pernah mengemukakan bahwa sea power atau kekuatan laut merupakan unsur sangat penting bagi kejayaan suatu negara dan bangsa. Pada dasarnya sea power identik dengan kekuatan maritim (maritime power).

Menurut AT Mahan –yang ide-ide tentang pentingnya laut memengaruhi kekuasan Angkatan Laut di seluruh dunia dan mendorong pendirian kekuatan Angkatan Laut sebelum Perang Dunia I--   jika kekuatan-kekuatan laut itu diberdayakan, maka akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanan suatu negara. Sebaliknya, jika kekuatan-kekuatan di laut itu diabaikan akan berakibat merugikan negara atau akan meruntuhkan bangsa tersebut.

Pakar sea power dunia itu menambahkan kejadian-kejadian di laut  --misalnya perang antar-negara di laut--  sangat memengaruhi kejadian-kejadian di darat. Namun seringkali keputusan-keputusan politik yang diambil berdasarkan kejadian-kejadian di darat, jarang memertimbangkan aspek kemaritiman.

Sea power, kata tokoh yang lahir di West Point, New York itu; pada dasarnya adalah kekuatan nasional dari suatu bangsa yang digunakan sebagai sarana untuk menegakkan kedaulatan  dan hukum di laut dalam rangka  menjamin dan melindungi kepentingan nasional suatu bangsa.

Komponen kekuatan maritim dari suatu bangsa menurut AT Mahan ada enam, yaitu posisi geografi, bentuk fisik  wilayah, luas wilayah, jumlah penduduk, watak atau

karakter masyarakat, dan sikap pemerintah.

Seluruh komponen yang disampaikan oleh Rear Admiral itu semuanya ada di negara kita. Karena itu kami berharap gagasan Jokowi yang juga sejalan dengan pemikiran AT Mahan segera menjadi kenyataan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan akan terwujud.

Sehubungan dengan itu, kita semua harus bertekad mengurangi pembangunan berbasis daratan dan beralih ke pembangunan berbasis lautan. Ingatlah  bahwa masa depan kita berada di laut dan di lautlah kita jaya! –be-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline