Lihat ke Halaman Asli

Nasib Mereka yang Terpinggirkan..!! (Bag.II)

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketemu lg para kompasianer...

Ceritanya di lanjutin ya....

Para Kompasianer, bukan itu saja hal yang membuat hati saya miris. Desa ini adalah desa transmigrasi yang berumur 3 tahun. Meski status desa baru 3 tahun tapi trasmigrasi ini ini telah ada sejak 1994 yakni 15 tahun lalu. Tapi apa yang terjadi...?? Lingkungan di desa ini masih seperti setengah hutan.
Sebenarnya tidak juga sampai hati saya mengatakan hal seperti itu, tapi kenyataannya desa sama sekali tidak tertata dengan baik. Masih banyak pekarangan rumah yang tidak ditata, dibersihkan ataupun ditanami dengan sedikit bunga-bunga. Masih banyak rumput-rumput liar yang tidak dirapikan/dibersihkan, mungkin lewat jumat bersih atau kerja bakti di hari minggu.

Selain itu rata-rata hampir semua rumah warganya masih seperti dulu sejak pertama kali dibangun oleh dinas transmigrasi. Mungkin yang membedakan hanyalh sekarang sebagian besar di antaranya sudah di cat. Tapi kondisinya masih tetap sama, rumah dengan dinding papan, lantai tanah dan tidak memilki WC. Dan saya menjadi salah satu korban akibat tidak ada kamar mandi, WC atau MCK umum.

Hampir-hampir kalau saya mampu untuk tidak pipis, B.A.B atau mandi, saya benar-benar tidak ingin melakukan semua itu. Tapi apalah daya, ketika tubuh memaksa melakukan itu terpaksa dengan setengah hati saya B.A.K dan B.A.B di WC darurat yang hanya menutupi sebagian tubuh ke bawah & Maaf, proses perjalanan kotoran saya, bisa saya liat langsung nyemplung di septictank yang lebih seperti galian terbuka hingga terlihat beserta kotoran lainnya.

OH MY GOD,,saya langsung rindu berat dengan WC saya di rumah yang nyaman. Bahkan dulunya sering saya B.A.B sambil baca buku saking nyamannya saya rasakan berada di kamar mandi saya ^_^

Sebenarnya bukan itu saja. Sebenarnya saya malu mau mandi kompasianer, tapi saya berpikir akan lebih malu lagi saya ketika akan memimpin musyawarahdi depan masyarakat, saya sebagai seorang pendamping masyarakat tidak mandi.

Hahahahaaaaaa.............

Akhirnya keesokan harinya sebelum musyawarah dimulai,dengan sangat terpaksa saya pun mandi di kamar mandi yang menurut saya belum layak di sebut kamr mandi.

Sebuah ruangan dari dinding papan yang tingginya sebatas dada, tidak beratap dan hanya tertutup 3/4 nya dari ruangan tersebut. Otomatis ketika mandi, saya yang berjilbab terpaksa rela mandi jam 6 pagi saat masih sepi, menggunakan kain pantai (yang saya sebut kain bali), sambil duduk di paling pojok ruangan dengan maksud menyembunyikan diri saya dalam kamar mandi yang tidak memiliki pintu tersebut.

YA ALLAH seumur hidup baru kali ini saya merasa tersiksa mandi dalam keadaan seperti itu. Hanya satu kata S.E.N.G.S.A.R.A...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline