Lihat ke Halaman Asli

Marxisme dan Islam, Bisakah Menjadi Sintesis Alternatif?

Diperbarui: 1 Juni 2022   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Dictio.Community

Di tengah kebimbangan dunia untuk menemukan titik-titik terang kehidupan, manusia cenderung terjebak ke dalam pusaran ideologi-ideologi hedonisme, utilitarianisme, individualisme, materialisme serta pragmatisme yang begitu deras mengaliri otak otak manusia hingga menyumbat naluri dan akal sehat. Realitas yang sedang terjadi begitu nyata terlihat, bagaimana manusia dipaksa oleh sistem untuk mengakui kesalahan sebagai suatu kebiasaan yang dibenarkan.

 Sementara kebenaran sendiri tersembunyi di balik topeng para penguasa dan pemegang otoritas yang memonopoli kebenaran. Keadilan semakin menjadi benda sejarah yang tidak layak lagi dipertontonkan. Politik layaknya hukum rimba, tumpul keatas tajam kebawah yang hanya mencari keuntungan sepihak. Agama telah banyak diperjual belikan, ayatayat Tuhan disulap menjadi senjata kamuflase untuk melegitimasi kejahatan dan kemurkaan menjadi seolah-olah baik dan halal. 

Budaya dan seni tidak lagi hadir memberi kesejukan bagi jiwa yang dahaga, ia telah berubah wajah menjadi ekspresi-ekspresi bebas manusia yang menggerogoti nilai sakral seni demi uang, reputasi, dan popularitas.  

Melihat segala realitas tersebut siapa yang patut dipersalahkan? Sepertinya kita tidak bisa menyalahkan siapapun entah itu negara, pejabat, penegak hukum atau bahkan Tuhan sekalipun. Kita layak menyalahkan diri sendiri karena dalam kenyataannya diri sendirilah yang sering menjadi tanah bagi tumbuh suburnya penyakit jiwa dalam masyarakat. 

Kita ingin melihat sejarah bergerak kembali ke arah yang lebih baik karena manusia masih merupakan aktor sejarah Beberapa hal inilah yang menjadi fokus utama di dalam Islam dan ideologi marxisme, lantas adakah hubungan dan kesamaan antara ideologi yang dirumuskan oleh Karl Marx dengan Agama Islam sendiri?  

 

Marxisme dan Islam 

Secara esensi gerakan sosialisme muncul sebagai bentuk protes atas etika kapitalis yang timpang dan menindas. Dari seluruh rintangan sejarah yang pernah ada, lahir dan bertumbuhnya sosialisme diinspirasi oleh segala bentuk praktek yang tidak wajar, ketimpangan dan tidak semestinya dilakukan oleh sekelompok manusia terhadap manusia yang lain. 

Dalam sisi Islam jelas dapat mencapai kesepahaman meskipun dalam tataran yang masih dangkal. Akan halnya dengan marxisme, Islam yang sesungguhnya sebagai bagian dari korpus besar musuh marxisme, mengalami kesulitan untuk menemukan model sintesisnya. Jika berusaha dilacak akar permasalahannya, Islam dan marxisme lahir dari kandungan yang berbeda dan berkembang tidak saling kenal satu sama lain. Marxisme yang anti agama tidak pernah menemukan Islam dalam sosok aslinya sebagai agama revolusioner.

 Kekeliruan sejarah yang menggiring keduanya dalam hubungan antagonistik adalah asingnya marxisme dari wawasan khazanah Islam. Wajah-wajah agama yang ditemukan marxisme secara kebetulan berwatak eksploitatif dan menindas.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline