Al-yadul ulya khairun minal yadi sufla;
Menjadi orang kaya yang dermawan lebih baik daripada orang miskin yg meminta-minta. Kurang lebih begitulah makna yang bisa dikembangkan dari hadits di atas.
Tentu tepat belaka hadis tersebut, orang yang paling ideal hidup di kolong langit ini adalah mereka yang memiliki kemampuan sekaligus bisa menolong orang lain dengan kemampuannya tersebut.
Namun hidup ini tidak selamanya linear antara ajaran dan kenyataan, antara ujaran dan perbuatan. Sering kali malah berlaku sebaliknya. "Orang kaya sulit memberi, sebaliknya si miskin yang gemar menderma."
Begitulah yang saya saksikan di senja hari itu. Di bawah siraman sinar mentari yg semakin lesu, di tepi jalan, di atas trotoar, seorang perempuan tua penjual asongan, terlihat menjajakan dagangannya berupa beberapa bungkus kudapan yg tak seberapa.
Perempuan tua yang sudah terlihat ringkih dengan pakain usangnya itu, tidak berteriak menjajakan dagangannya, hanya matanya yg menatap penuh harap pada orang yg lalu lalang.
Saya menghampirinya. Menunjuk sebungkus penganan.
"Rp. 10.000 " Katanya.
Sudah banalnya, di benak saya acap kali muncul keinginan untk menawar. Pikiran ala-ala kapitalis ini seakan telah tertanam di alam bawa sadar saya. Tetapi kali ini saya benamkan dalam-dalam kebiasaan itu dan tanpa menawar saya langsung mengambilnya. Tak dinyana ia menambahkan 1 bungkusan dengan jenis kudapan yg lain.
"Saya hanya beli satu nek'' ucapku menampik.