Lihat ke Halaman Asli

Iit Lita Apriani

Universitas Pasundan

Media Sosial, Penyebab Krisis Eksistensial

Diperbarui: 23 Juli 2022   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi media sosial (Pexel/Pixabay) 

Saya membatasi diri untuk beberapa media sosial, dan membaur dengan beberapa media sosial yang lainnya. Tidak memiliki satu media sosial yang sedang populer terkadang kerap kali dipertanyakan oleh sebagian orang.

Media sosial berkembang sangat cepat sampai saya merasa terpincang-pincang mengikuti arus perubahan zaman yang begitu pesat. Teknologi telah membawa perubahan besar dalam sejarah umat manusia.

Di zaman yang serba digital ini, kamu perlu argumentasi-argumentasi menarik yang harus disiapkan ketika seseorang bertanya mengapa kamu tidak memiliki semua media sosial yang saat ini sedang populer. Jika tidak, kamu akan dianggap kurang pergaulan, ketinggalan zaman, etc.

Krisis eksistensi diciptakan oleh kehadiran media sosial. Tanpa disadari, sejak munculnya berbagai media sosial, orang sering kali mempertanyakan makna hidup yang sedang dijalaninya.

Keterkaitan manusia dengan media sosial, terkadang begitu ekstrim hingga muncul suatu kecanduan yang tidak sadari. Bahkan pengaruh buruk dari media sosial bukan hanya terletak pada perasaan candu, melainkan lebih dari itu.

Dengan media sosial, seseorang bisa merasa tidak percaya diri, cemas berlebihan, depresi, menilai diri sendiri secara negatif, dan bahkan kesepian.  Sebab, tidak semua orang bisa mengontrol dirinya sendiri dan menjadi bijak saat bermedia sosial.

Saya tidak menyangkal bahwa media sosial juga banyak membawa pengaruh positif bagi kehidupan manusia. 

Di era yang serba digital ini, media sosial membantu dalam berbagai perkembangan bisnis dan usaha, seperti hadirnya digital marketing dan berbagai lowongan pekerjaan seperti kreator konten.

Meski begitu, bagi saya membatasi diri dari beberapa media sosial adalah keputusan yang tepat. Kehadiran media sosial mencerminkan apa yang diinginkan seseorang, bukan apa yang sebenarnya sedang dijalani.

Dengan berjalannya waktu, media sosial akan membuat orang-orang akan mengira kita memiliki kehidupan yang bahagia dan menyenangkan. Sementara kita sendiri sadar dengan kualitas diri yang biasa-biasa saja. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline