Lihat ke Halaman Asli

Iis Nur Azizah

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia

Analisis Strukturalisme Todorov dalam Cerpen Evanescent Karya Kookconut

Diperbarui: 16 Mei 2022   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@behindtheseries

Penulis mengkaji salah satu cerpen Kookconut berjudul Evanescent yang terdapat dalam antologi cerpen Behind The Sins yang memiliki tujuh cerita dengan tujuh penulis yang berbeda. Antologi cerpen Behind The Sins pada awalnya dipublikasikan diaplikasi wattpad dengan akun behindtheseries masing-masing akun penulis yaitu thdrmr_, augustddrugs, aratakim, hyptin, kookconut, notmeforget, dan akats21 sebagai project pertama mereka dalam menulis bersama yang mana tidak hanya dipublikasikan di wattpad namun diterbitkan juga sebagai buku yang self-publish dengan media promosi mereka yaitu instagram dengan akun @behindtheseries.

Ketujuh cerpen menceritakan alasan dibalik dosa yang diperbuat dari ketujuh tokoh utama dalam cerita. Evanescent itu sendiri merupakan cerita keenam dari tujuh cerpen dalam antologi cerpen Behind The Sins.

Evanescent menceritakan seorang pemuda bernama Jeon Jungkook yang memiliki pandangan hidup bahwa uang adalah sumber kebahagiaannya dengan menyelami dunia virtual game online adalah cara terbaiknya untuk menghasilkan segala yang diinginkannya. Uang melimpah yang dihasilkan dari bermain game online semakin membuat pemuda berusia 23 tahun ini larut dalam dunia vitual tersebut, tak peduli tentang pendidikan—bagi seorang Jeon Jungkook pergi kuliah itu hanya untuk mengisi kegiatan diluar rumah bukan prioritas dalam kehidupannya, mengabaikan perhatian ibunya yang begitu mengasihinya, bahkan mengorbankan kekasihnya—Rinyoung yang begitu setia dan sabar dalam menghadapi Jungkook selama keduanya menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.

Pada suatu hari Jungkook menerima email undangan turnamen game online bertajuk ‘Overwatch Autumn Falls World Online Game Championship’ di Wynn Building, Las Vegas – Nevada  berhadiah 5 juta dollar. Mengetahui ternyata Rinyoung yang mendaftarkan Jungkook pada turnamen game online tersebut Jungkook pun mengajak kekasihnya ke Las Vegas.

Tanpa diduga Jungkook mampu menjadi juara satu dalam turnamen game online tersebut, 5 juta dollar berhasil Jungkook bawa pulang. Namun, semua masalah berawal dari kemenangan tersebut, Jungkook justru terjebak dalam permainan judi yang membuatnya bangkrut—semua hadiah uang yang dimilikinya habis bahkan dengan teganya Jungkook menjadikan Rinyoung sebagai taruhannya. Jungkook kalah, ia bangkrut, tak ada lagi yang dimilikinya karena ketamakannya iapun kehilangan uang dan kekasihnya—Rinyoung. Namun penderitaannya terus berlanjut, ketika Jungkook kembali ke negara asalnya yaitu Korea Selatan, Jungkook mendapatkan kabar bahwa ibunya meninggal dunia. Hancur sudah kehidupan Jungkook karena kekeras kepala dan ketamakannya. Pada akhirnya kondisi kejiwaan Jungkook mulai terganggu karena guncangan depresi yang terus menyerangnya tanpa ampun.

Dalam kegiatan analisis cerpen Evanescent teori yang digunakan adalah strukturalisme yang dikembangkan oleh Tzvetan Todorov yang memiliki tiga aspek yaitu aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek verbal dengan tujuan mendapatkan gambaran tentang struktur cerpen Evanescent. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode kualitatif.

Tzevetan Todorov, yang dipengaruhi oleh Propp, Levi Strauss, dan formalism Rusia, di samping memperjelas perbedaan antara fabula dan sjuzet, juga mengembangkan konsep histoire dan discours, yang sejajar dengan fabula dan sjuzet (Ratna, 2013:136). Dalam menganalisis tokoh-tokoh yang terdapat di dalam cerita, Todorov menyarankan untuk menganalisis melalui tiga dimensi, yaitu: 1) kehendak, 2) komunikasi, dan 3) partisipasi. Menurutnya, semua sistem relasi berasal dari ketiga relasi ini dan objek forma puitika bukan interpretasi atau makna, melainkan struktur atau aspek kesastraan yang terkandung dalam wacana. Menurut Todorov (dalam Ratna, 2013:136- 137), telaah teks sastra meliputi tiga aspek, yaitu: 1) aspek sintaksis, 2) aspek semantik, dan 3) aspek verbal. Aspek sintaksis meneliti urutan peristiwa dalam teks cerita secara kronologis dan logis. Aspek semantik, berkaitan dengan makna dan lambang, meneliti tema, tokoh, dan latar. Aspek verbal (bahasa), meneliti sarana-sarana seperti sudut pandang, gaya bahasa, dan sebagainya.

Aspek sintaksis disebut juga dengan aspek in presentia atau aspek sintagmatik. Aspek ini mengemukakan hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam teks (dalam Zaimar, 2014: 34). Hubungan antara unsur-unsur yang hadir secara bersama atau berdampingan dalam teks menjadi perhatian utama pendekatan ini.

Todorov (1985) mengemukakan aspek semantik disebut juga dengan aspek paradigmatik atau aspek in absentia. Yang menjadi kajian dalam aspek ini adalah hubungan antara unsur-unsur yang hadir dan unsur-unsur yang tidak hadir. Yang dimaksud dengan unsur-unsur yang tidak hadir adalah unsur-unsur yang hadir dan hidup di dalam pikiran kolektif pembaca teks. Hal yang menjadi penekanan dalam aspek ini adalah makna yang ada di balik tanda. Aspek ini digunakan untuk meneliti tokoh, tema, latar tempat, latar waktu.

Sementara itu, menurut Teeuw (1985: 11-12) yang dimaksud dengan aspek verbal adalah hubungan komunikasi yang terjadi, yaitu hubungan komunikasi antara tokoh yang satu dengan tokoh yang lainnya. Secara singkat, dalam kajian ini aspek sintaksis digunakan untuk mengkaji alur cerita dan pengalurannya, aspek semantis digunakan untuk mengkaji tokoh dan penokohan, sedangkan aspek pragmatika digunakan untuk mengkaji komunikasi antartokoh yang terjadi di dalam cerita. Todorov (1985) mengelompokkan tiga aspek verbal yang dapat membawa pembaca dari wacana ke dalam fiksi, yakni kategori modus, kala, dan sudut pandang.

Kategori modus mengemukakan tingkat kehadiran peristiwa yang diceritakan dalam teks, yang sering pula disebut dengan ujaran atau wicara. Gerard Genette membaginya dalam tiga tingkat yaitu gaya langsung, tak langsung, dan yang diceritakan. Pada gaya langsung, ujaran sama sekali tak mengalami perubahan dan disebut juga ujaran yang dilaporkan (discours rapporte). Pada gaya tak langsung (discours transpose) atau ujaran yang disesuaikan/dialihkan, ujaran disampaikan dengan cara menggabungkan kaidah-kaidah bahasa dengan cerita si penutur. Adapun gaya yang diceritakan/dinarasikan (discours raconte) mengemukakan isi dari tindakan mengujarkan tanpa mempertahankan unsurnya (Todorov, 1985 : 26-27).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline