Berbicara tentang makna kata tidak akan pernah ada habisnya. Apalagi jika berkaitan dengan tutur lisan. Penggunaan kata yang sama pada situasi tuturan yang berbeda akan berbeda makna.
Hal tersebut bukan ke ranah homonim atau homograf, melainkan lebih ke heterofon. Mengapa heterofon? Karena berkaitan dengan bunyi yang dihasilkan. Dipakainya kata heterofon hanya sebagai istilah yang saya perkenalkan.
Perhatikan contoh di bawah ini.
(a) "Saya tahu kejadian itu," kata Rina. "kamu juga tahu kan, Rinto?, beralih bertanya pada Rinto.
(b) Rinto mejawab sambil geleng-geleng, "Tahuuu."
Kata tahu pada kalimat (a) dan (b) bukan merupakan homonim dan homograf. Kata tahu paada kalimat (a) "Saya tahu kejadian itu," kata Rina. "kamu juga tahu kan, Rinto?, beralih bertanya pada Rinto, penutur memberikan informasi bahwa dia benar-benar mengetahui kejadian tersebut. Kata tahu pada kalimat (b) Rinto mejawab sambil geleng-geleng, "Tahuuu.",memberikan informasi jika si penutur tidak mengetahui kejadian yang dibicarakan. Jadi, ada kata tahu pada kalimat (a) dan Kalimat (b) mengandung makna yang berbeda.
Perhatikan kembali contoh kalimat berikut!
(c) "Anak saya pintar," kata Bu Harjo.
(d) Mendengar perkataan Bu Harjo, Bu Subali menimpali dengan nada yang meledek, "Si Agus pintaaar."
Kata pintar pada kalimat (c) "Anak saya pintar," kata Bu Harjo, memberikan informasi bahwa Agus, anak Bu Harjo memang pintar. Akan tetapi, kata pintar pada kalimat (d) Mendengar perkataan Bu Harjo, Bu Subali menimpali dengan nada yang meledek, "Si Agus pintaaar.", memberikan informasi yang sebaliknya bahwa si Agus tidak pintar.
(e) "Kalian bisa mengerjakan soal ini?", tanya Bu Guru.