Lihat ke Halaman Asli

Iis Suwartini

Dosen PBSI FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Guru Honorer Patut Diberi Apresiasi

Diperbarui: 8 April 2021   06:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru honorer memiliki kontribusi yang cukup besar bagi kemajuan pendidikan. Meningkatnya keberadaan guru honorer disebabkan kurangnya jumlah guru PNS yang cukup di setiap daerahnya. Oleh karena itu, Pemda dan sekolah menyiasatinya dengan merekrut guru honorer. Pengambilan kebijakan tersebut tentunya sudah berdasarkan pertimbangan yang matang, agar proses pembelajaran di berbagai sekolah dapat berjalan dengan baik.

Ada benarnya istilah "Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" tugas guru yang berat tidak hanya dalam proses pembelajaran di sekolah saja. Sepulang sekolah guru juga perlu mempersiapkan adminitrasi guru. Secara umum, administrasi guru terdiri dari 20 jenis yang meliputi: (1) kalender pendidikan, (2) program semester, (3) program tahunan, (4) silbus, (5) analisis SK/KD, (6) prosedur penilaian, (7) RPP, (8) KKM, (9) jurnal/agenda guru, (10) buku presensi, (11) daftar nilai, (12) buku pegangan (buku paket, modul, dan LKS), (13) bahan ajar, (14) kisi-kisi soal, (15) kartu soal, (16) analisis hasil ulangan, (17) program remidial, (18) program pengayayaan, (19) kumpulan soal/bank Soal, dan (20) Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Tugas guru tidak hanya berkaitan dengan proses pembelajaran namun guru memiliki tanggung jawab moral untuk mencerdaskan generasi bangsa yang berakhlak dan bermartabat. Tugas tersebut tentulah tidak mudah, guru menanggung beban moral yang cukup berat. Tentunya untuk menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas guru perlu mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Beban kerja yang begitu banyak tidak sebanding dengan jerih payah yang mereka dapatkan khususnya guru honorer.

Pada masa pandemi covid ini tentunya peran guru bertambah. Guru perlu menyiapkan pembelajaran berbasis daring serta memantau proses pembelajaran. Apablila dalam proses pembelajaran ternyata banyak murid yang kesulitan melaksanakam pembelajaran daring, maka guru perlu mengganti sistem pembelajaran. Beberapa guru mengubah sistem pembelajaran daring yang semula yaitu synchronous menjadi asynchronous. Pembelajaran synchronous proses pembelajaran dilakukan pada waktu yang sama antara guru dan siswa seperti menggunakan zoom dan googel meet. Pembelajaran asynchronous proses pembelajaran di lakukan pada waktu yang berbeda sehingga siswa dapat belajar kapan pun seperti web, email dan pesan yang diposting di forum.

Sampai saat ini antusias masyarakat Indonesia menjadi guru cukup tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya mahasiswa yang menempuh kuliah pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Tentunya mereka memilih menjadi guru karena panggilan jiwa. Jika melihat perjuangan mereka menempuh jenjang S1 dengan menghabiskan biaya, waktu, dan tenaga tidak sebanding dengan apa yang mereka dapatkan. Sampai sat ini gaji guru honorer masih di bawah UMR. Permasalahan tersebut tak menyurutkan langkah mereka untuk mencerdaskan anak bangsa.

Selama masa pandemi covid-19 tentunya menjadi tantangan besar bagi guru honorer. Jika para orang tua siswa banyak yang mengeluh tentang pembelajaran daring apalagi guru honorer. Bisakah dibayangkan mereka harus mengajar beberapa kelas dalam sehari. Tak heran beberapa guru lebih memilih mendatangi siswa dari rumah kerumah. Hal tersebut mereka tempuh untuk  memfasilitasi para murid yang juga kesulitan dalam pembelajaran daring.

Sudah saatnya guru honorer mendapatkan perhatian dari berbagai pihak apalagi di masa pandemi covid seperti sekarang ini. Tentu banyak dari mereka yang kesuliatan ekonomi namun tetap berusaha menuntaskan tanggung jawab mereka sebagai guru. Perlu adanya upaya yang dilakukan dari pemangku kebijakan untuk menyejahterakan guru honorer. Mari kita apresiasi perjuangan guru honorer dalam menjalankan tugasnya untuk mecerdaskan anak bangsa.

Iis Suwartini, M.Pd. Dosen PBSI FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline