Lihat ke Halaman Asli

Iip Syarip Hidayat

Teacher, Blogger, Enterprenuer, Konten Kretor dan penulis

Cerpen Persahabatan: Langit di Atas Bukit

Diperbarui: 12 September 2024   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar : Desain by Canva 

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh pegunungan, hiduplah dua sahabat bernama Raka dan Adit. Mereka tumbuh bersama sejak kecil, selalu bermain di padang rumput hijau yang luas dan mendaki bukit yang menghadap ke desa. Bukit itu adalah tempat favorit mereka, tempat mereka berbagi mimpi, rahasia, dan impian.

Raka adalah anak yang periang dan penuh semangat. Ia selalu memiliki ide-ide gila dan keberanian untuk mencoba hal-hal baru. Sebaliknya, Adit lebih tenang dan pemalu. Ia sering kali merasa cemas mencoba hal-hal baru, namun selalu setia menemani Raka dalam petualangan apapun.

Suatu hari, Raka mendapat ide untuk membuat layang-layang yang sangat besar. "Bayangkan, Dit! Layang-layang kita akan menjadi yang terbesar di desa ini. Kita akan menerbangkannya sampai ke langit tertinggi!" seru Raka dengan mata berbinar. Adit tersenyum ragu, tetapi semangat Raka begitu menular. Mereka pun mulai merancang dan mengumpulkan bahan untuk membuat layang-layang mereka.

Hari demi hari, mereka bekerja keras membuat layang-layang itu. Tali yang kuat, kertas warna-warni, dan bambu yang kokoh menjadi bahan utama. Akhirnya, layang-layang itu selesai. Tingginya hampir dua kali tubuh mereka, dengan sayap lebar yang dipenuhi gambar bintang dan bulan.

Di hari yang cerah, mereka berdua mendaki bukit favorit mereka. Angin bertiup kencang, seolah-olah alam pun mendukung impian mereka. Mereka berdiri di puncak bukit, siap menerbangkan layang-layang itu. Dengan hati-hati, Raka memegang tali sementara Adit berlari sejauh mungkin, menarik layang-layang itu ke udara.

Layang-layang itu mulai terbang rendah, tapi tiba-tiba, angin bertiup lebih kencang dan layang-layang melesat naik. Mereka bersorak kegirangan melihat layang-layang mereka terbang tinggi di angkasa. Namun, tidak lama kemudian, angin berubah arah dengan keras. Layang-layang itu terombang-ambing, lalu talinya terlepas dari tangan Raka dan mulai jatuh.

Adit melihat kegelisahan di wajah Raka. Tanpa berpikir panjang, Adit berlari mengejar layang-layang itu menuruni bukit. Raka mencoba menghentikannya, tetapi Adit tidak mendengar. Raka tahu bahwa bukit itu curam dan bisa berbahaya, namun melihat keberanian Adit, Raka pun mengikuti.

Adit berhasil menangkap tali layang-layang itu tepat sebelum ia terjatuh ke tanah. Namun, kakinya terpeleset dan ia jatuh tersungkur. Raka dengan cepat mendekat, mengulurkan tangan untuk membantunya bangun. "Kamu baik-baik saja?" tanya Raka cemas. Adit tertawa kecil, "Ya, aku baik-baik saja. Kita berhasil menyelamatkan layang-layangmu."

Raka tersenyum, lalu merangkul Adit. "Tidak, Dit. Kita menyelamatkan layang-layang kita. Tanpamu, aku tidak akan berani mengejarnya." Mereka tertawa bersama, merasakan angin yang masih berhembus di sekitar mereka.

Sejak hari itu, persahabatan mereka semakin erat. Layang-layang itu, meski tidak sempurna lagi, menjadi simbol kebersamaan mereka. Bagi mereka, langit di atas bukit selalu menjadi saksi betapa indahnya persahabatan yang tulus dan keberanian untuk saling mendukung.

Dan setiap kali mereka merasa takut atau ragu, mereka akan melihat layang-layang itu, mengingatkan mereka bahwa bersama-sama, mereka bisa mencapai langit yang tertinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline