Demokrasi yang Dicederai
Di medan berdebu yang penuh janji,
Kau, demokrasi, berdiri tinggi,
Namun angin kencang merobek tirai,
Menghancurkan idealisme yang suci.
Suara rakyat, sekali berapi,
Kini teredam oleh tangis hampa,
Di lorong kekuasaan, janji terurai,
Menjadi debu dalam keraguan yang membara.
Kotak suara, saksi bisu,
Dibuang, diputarbalikkan dengan tipu,
Di tangan-tangan gelap, suara dibungkam,
Demokrasi dicederai dalam diam.
Di balik topeng kebenaran palsu,
Para pemimpin menari di atas luka,
Menabur janji yang tak kunjung nyata,
Mengabaikan suara, mengabaikan rasa.
Sumpah setia terjebak dalam kebohongan,
Hak rakyat terampas dalam ketidakadilan,
Di bawah langit kelabu, kebebasan menghilang,
Digantikan oleh kekuasaan yang menindas dan menelan.
Tetapi dalam hati yang tak pernah padam,
Semangat rakyat tetap menyala,
Dalam gelap, mereka mencari jalan,
Menuntut hak, menuntut keadilan.
Demokrasi, walau kini tercoreng darah,
Kau adalah harapan yang tak akan hilang,
Di tangan kami, kau akan bangkit lagi,
Mengusir bayang-bayang tirani yang merajalela.
---
Semoga puisi ini dapat menyampaikan rasa kecewa dan harapan akan kembalinya keadilan dalam demokrasi yang tercederai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H