Kisah ini berawal dari pengalamanku ketika sedang bekerja di negara tetangga Malaysia. Kita bertujuh bekerja di satu kantor yang sama, dan mengotrak satu kawasan rumah di perumahan, katakanlah sebuah perumahan elit yang penghuninya kalangan menengah keatas. Tepatnya di perumahan “Residences”. Berada jantung kota Kinabalu yaitu kota Provinsi yang berada di negara bagian malaysia. Karena kita bertujuh, harga sewa rumah pun masih terjangkau.
Dari tempat kantorku bekerja, lumayan cukup jauh menempuh waktu sekitar 30 menit. Walau kami bertujuh satu rumah dan satu kantor, tetapi terkadang kami tidak berangkat dan pulang secara bersamaan. Karena kita mempunyai kesibukan masing – masing. Terkadang diantara kami bertujuh sampai nginep di kantor saking banyaknya pekerjaan.
Saatu ketika, di kantor kami kedatangan tamu dari luar. Sehingga kami pun harus berjibaku menyiapkan segala keperluan untuk menyambutan tamu agung tersebut. Semuanya kami rancang dengan serba mendadak. Sehingga dua hari sebelum ke acara kami harus lembur terus. Meskipun acaranya mendadak, tetapi hasilnya tidak begitu mengecewakan. Mungkin karena kekompakan tim untuk saling bekerjasama.
Setelah selasai acara, saya sendiri memutuskan untuk pulang lebih awal ke rumah. Karena sudah rindu sekali dengan kasur empuk dan sudah terbayang bisa tiduran sambil rebahan dan mengistirahatkan otot- otot yang sudah kaku, pegal linu seluruh tubuh ditambah mata ini sudah terasa berat akibat kurang tidur dan bekerja terus menerus. Namun apa yang terjadi ?
Ketika pulang, saya lupa mengambil kunci rumah yang selalu dibawa oleh teman saya. Kemudian saya hubungi lewat WA. Lama sekali tidak ada jawaban, sambil duduk di pinggir rumah yang terlihat seperti orang bingung, sesekali saya berdiri sambil bolak – balik. Setelah satu jam baru ada jawaban dari teman saya. “ Mas tunggu di kedai UA, saya kesana sekarang” itulah jawaban WA teman saya saiful, dia menyuruh saya jalan kaki ke kedai UA yang lumayan jauh.
Karena terpaksa butuh dan ingin segera merebahkan badan, akhirnya saya menuruti Mas saeful itu. Setelah tiba di kedai UA, sambil nunggu saya pesan copi O, itulah sebutan bahasa malaysia ketika kita ingin secangkir kopi hitam plus gula. Tak lama datang beberpa teman yang kebetulan dia tinggal di kawasan apartemen UA tersebut. Wah saya jadi punya teman ngobrol akhirnya. Karena saya sengaja nunggu di kedai untuk bisa mengambil kunci itu.
Beberapa waktu kemudian ada hp saya berdering , dan ternyata mas saefur yang saya tunggu nelp. “ Mas saya sudah di rumah, kerumah saja !“. ya dengan sedikit kecewa dan cape, terpaksa deh saya pamitan sama teman sayan yang tinggal di apartemen UA tersebut. Tadinya saya sudah senang dia mau nunggu di UA, karena mau seklaian saya gandain kuncinya biar gampang. Tapi apalah mau dikata terpaksa saya pun harus balik lagi ke rumah yang lumayan ini badan sudah sangat lelah sekali.
Tiba di rumah, ternyata ini rumah masih terkunci. “ Loh ko, katanay mas saefur sudah di rumah, tapi ko rumah masih terkinci begini, dan sepi lagi”. Gumamku sambil bolak – balik ke belakang. Waktu sudah semakin sore, matahari sore sudah berganti malam dan waktu shalat magribpun hampir habis. Tetapi saya masih kebingungan, saya coba hubungi lagi Wanya tapi tetap tidak ada balasan, hanya celkis dua saja. Sepertinya belum terbaca. Saya coba hubungi teman saya yang masih dikator katanya sudah ke rumah dari tadi. Sesekali saya duduk, kemudian berdiri lagi, bolak balik kebelakang dapur sambil cari- cari tempt untuk pipis karena sudah sangat kebelet sekali. tapi saya fikir- fikir masa saya harus kencing di tempat terbuka seperti ini dengan memakai seragam pegawai lagi. Haduh ini gimana ya, telepon gak diangkat, smsa tidak dibales, WA juga gak di baca. Sambil menunggu kabar selanjutnya, saya coba iseng di grup WA barangkali teman ada yang tau kemana mas saifur ini, beberapa teman menyarankan untuk bersitirahat di apartemanya. saya pun berfikir begitu kalau dalam wakt satu jam lagi ternyata tidak kunjung ada kabar.
Setelah satu jam kemudian, tiba- tiba keluarlah seorang lelaki setengah tua dari dapur, sambil bebicara “ Pak lagi ngapain ? kenapa itu airnya tidak keluar ? “ Dia fikir saya sedang benerin sanyo yang biasa kalau tidak keluar airnya saya selalu menyalakan sanyonya. Ternyata dia sudah di dalam rumah dikunci dari dalam dan Kebetulan Pak heri ini pegang kunci juga. “ ya Alloh saya kira ngapain dari tadi kedengaran diluar. Saya fikir mas ini sengaja cari angin “. hahhaha...
“Alhmadlilah akhirnya saya bis amasuk juga”. gumamamku sambil masuk rumah. Dengan sangat gembira akhirnya saya bisa masuk rumah dan bisa segera mausk kamar. Setelah saya masuk saya sempetin lihat kamarnya mas saeful eh ternyata dia “ TIDUR “. Apes banget ya aku hari ini. Wkwkkwkk ..tunggu kisah selanjutnya ya.. !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H