Kabupaten Poso yang terkenal dengan sebutan Sintuwu Maroso kembali menjadi bahan pembicaraan di media massa, dengan adanya pro dan kontra terhadap pelaksanaan Latihan Gabungan oleh TNI yang melibatkan personel TNI dari Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), dan Angkatan Udara (AU). Sintuwu Maroso mengandung tiga makna utama: hidup saling menghargai (tuwu mombetuwunaka), hidup saling menghidupi (tuwu mombepatuwu), dan hidup saling menolong (tuwu mombesungko) jadi dapat diartikan sebagai suatu persekutuan hidup yang kuat, dimana kehidupan masyarakatnya diwarnai oleh harmoni dan toleransi.Namun makna yang terkandung pada semboyan Kabupaten Poso tersebut dikotori dengan adanya tangan-tangan jahat yang menggunakan wilayah yang sangat strategis tersebut sebagai basis kekuatannya untuk melakukan berbagai macam kejahatan.
Impian masyarakat Pamona-Poso untuk merasakan adanya kehidupan yang aman dan nyaman sudah lama mereka nantikan, sejak adanya konflik horisontal yang terjadi pada tahun 1998. Daerah yang aman dan tentram ini terkenal dengan kebun anggrek dan Festival Danau Poso yang dulunya menjadi salah satu tujuan wisata utama di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah, dalam sekejap menjadi kota mati, seolah-olah menjadi negeri tanpa penghuni. Situwu Maroso sebagai impian masyarakat Pamona-Poso menjadi seolah-oleh hidup kembali dengan hadirnya ratusan tentara dari atas langit biru yang melaksanakan penerjunan di Desa Kasiguncu Kecamatan Poso Pesisir pada tahun 2002 dalam rangka Latihan Gabungan PPRC dilanjutkan dengan kegiatan rehabilitasi pasca konflik.
Poso sebagai daerah latihan TNI, bukan merupakan hal yang baru di daerah Sulawesi, kami mencatat disini sejak adanya konflik horisontal sampai dengan sekarang sudah dilaksanakan latihan yang mengerahkan ratusan personil. Dalam catatan yang saya dapatkan, Poso telah menjadi daerah latihan PPRC sebanyak dua kali, yang pertama dilaksanakan pada tahun 2002 dan yang selanjutnya pada tahun 2015 saat ini. Selain sebagai daerah Latihan Gabungan PPRC, Poso juga telah dua kali dijadikan sebagai daerah latihan oleh Kodam VII / Wirabuana, pada tahun 2012 dan tahun 2013, pada saat itu tentara yang melaksanakan latihan menyebut sebagai latihan Batalyon Tim Pertempuran (BTP).
Kehadiran ratusan bahkan ribuan tentara di wilayah Kabupaten Poso membangkitkan impian maysarakat akan adanya Sintuwu Maroso, yaitu adanya harapan akan kondisi kehidupan masyarakat yang harmoni dan tentram yang pernah mereka rasakan. Kehadiran ribuan tentara tersebut bukan hanya melaksanakan kegiatan latihan perang semata, kenyataannya mereka juga melaksanakan kegiatan yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Kegiatan yang sangat membantu masyarakat tersebut diantaranya pembangunan beberapa infrastruktur yang sempat tidak berfungsi karena adanya konflik, melaksanakan pengobatan gratis serta yang paling utama adalah memberikan rasa aman pada masyarakat.
Latihan Gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat yang dilaksanakan tahun 2015, juga memberikan harapan yang baik bagi masyarakat Kabupaten Poso, karena mereka yakin pola latihan yang dilaksanakan akan sama dengan latihan yang pernah dilaksanakan Pada tahun 2002 lalu. Latihan tahun ini sangat diharapkan kehadirannya oleh masyarakat Poso, karena Latihan Gabungan bukan hanya sekedar latihan untuk meningkatkan profesionalisme, tetapi juga memberikan manfaat melalui kegiatan sosial kemasyarakatan, sekaligus memberikan rasa aman. Sintuwu Maroso merupakan impian bagi semua masyarakat, hanya orang-orang yang tidak mengerti impian masyarakat Pamona-Poso yang tidak menghendaki adanya Latihan Gabungan di Kabupaten Poso.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H