Negara Indonesia merupakan salah satu Negara multikultural yang terbesar didunia. Kenyataan ini dapat dilihat dari kondisi sosio-koltural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Dengan populasi penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa yang terdiri dari hampir 300 pulau. Selain itu masyarakat juga menganut berbagai macam Agama seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, Katolik dan lain sebagainya (M Sulaiman, 2019).
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, dengan lebih dari 1.300 suku bangsa, beragam agama, bahasa, dan adat istiadat yang membentuk mozaik sosial yang unik. Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah dan keberagaman budayanya yang memukau, menempatkannya sebagai salah satu negara paling beragam di dunia. Dari Sabang sampai Merauke, pulau-pulau Indonesia menjadi rumah bagi berbagai suku dengan budaya yang kaya dan beraneka ragam. Keberagaman suku dan budaya ini tidak hanya menjadi ciri khas bangsa Indonesia, tetapi juga menjadi kekayaan yang tak ternilai bagi peradaban manusia. Namun, di balik keindahan keberagaman tersebut, terdapat tantangan yang perlu dihadapi, yaitu menjaga toleransi antarsuku dan antarbudaya. Dalam konteks ini, konsep toleransi bukan sekadar menyangkut kesediaan untuk hidup berdampingan tanpa konflik, tetapi juga melibatkan penghargaan dan penghormatan terhadap perbedaan. Toleransi menjadi landasan utama dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta menjaga kedamaian sosial di tengah keberagaman yang kompleks (Azzahra et al., 2024).
Keberagaman ini merupakan salah satu kekuatan terbesar bangsa Indonesia, namun, untuk menjaga keberagaman ini sebagai sumber kekuatan, kita perlu menanamkan nilai-nilai toleransi, saling menghargai, dan empati kepada generasi muda. Salah satu cara yang paling efektif untuk menanamkan nilai-nilai tersebut adalah melalui pendidikan multikultural di sekolah dasar. Pendidikan multikultural tidak hanya memberikan pemahaman tentang keberagaman, tetapi juga membekali anak-anak dengan keterampilan sosial yang dibutuhkan untuk hidup berdampingan secara harmonis dalam masyarakat yang semakin terhubung dan beragam.
Pada usia dini, anak-anak sangat mudah dipengaruhi oleh lingkungan mereka, termasuk oleh orang tua, guru, dan teman-teman sebayanya. Oleh karena itu, pendidikan multikultural di sekolah dasar memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter anak-anak agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang terbuka, toleran, dan menghargai perbedaan. Melalui pendidikan ini, anak-anak tidak hanya belajar untuk menerima perbedaan, tetapi juga untuk memahami dan merayakan perbedaan tersebut sebagai bagian dari kekayaan yang ada di sekitar mereka.
Penanaman nilai-nilai multikultural sangat dianjurkan dilakukan sedini mungkin pada masyarakat Indonesia. Pendidikan multikultural yang diterapkan sejak dini, akan jauh tertanam kuat di dalam diri individu. Penanaman nilai-nilai multikultural pada anak, mengenalkan keberagaman yang ada disekitar mereka sedini mungkin. Mengenai perbedaan jenis kelamin, daerah asal tempat tinggal, bahasa, warna kulit, bentuk rambut, hingga pada perbedaan agama yang ada di lingkungan sekitar mereka. Keberagaman yang ada dalam hal ini dapat dilihat pada lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang terdiri dari bermacam-macam latar belakang sosial dan budaya yang berbeda membuat mereka belajar akan nilai-nilai multikultural dari hal paling sederhana sekalipun. Jenjang pendidikan multikultural di sekolah yang dapat diterapkan adalah mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini (Amin, 2018).
Pendidikan multikultural bagi anak usia dini sangat urgen untuk didorong sebagai fondasi bagi pengembangan masyarakat Indonesia yang lebih terbuka, toleran dan demokratis. Pendidikan ini tidak sekedar terpaku pada dimensi kognitif atau pengetahuan saja, tetapi juga pada dimensi afektif dan psikomotor. Kekuatan yang paling menonjol dalam pendidikan multikultural pada anak adalah kemampuan mereka menerima keberadaan orang lain yang berbeda sebagai sesuatu yang wajar, dan menekankan pentingnya pendidikan religiusitas untuk memperjuangkan dan mewujdkan nilai-nilai universal di antara anak didik tanpa membedakan agama dan kepercayaan. Jika sejak dini, anak dibiasakan untuk memahami setiap perbedaan dan pluralitas kelompok, maka setidaknya anak akan mampu untuk lebih terlatih dalam menata dan mengendalikan emosinya ketika setiap kali bersinggungan dengan perbedaan, karena ia sudah dibekali dan memilih perspektif pandangan yang menghargai setiap perbedaan (Yapandi & Helva Zuraya, 2017).
Salah satu manfaat utama dari pendidikan multikultural adalah kemampuannya dalam membentuk sikap toleransi sejak usia dini. Toleransi bukan sekadar menerima bahwa orang lain memiliki perbedaan, tetapi juga menghargai hak setiap individu untuk mempertahankan identitas budaya, agama, dan tradisi mereka. Pendidikan multikultural membantu anak-anak untuk melihat keberagaman sebagai hal yang positif dan memperkaya hidup mereka. Di dalam kelas, anak-anak belajar untuk menerima teman-teman yang berasal dari berbagai latar belakang agama, budaya, dan suku, serta memahami bahwa perbedaan ini adalah bagian dari kekayaan bangsa.
Sebagai contoh, melalui kegiatan-kegiatan seperti mempelajari tarian daerah atau musik tradisional, anak-anak belajar tentang kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan mereka sendiri. Seorang anak yang berasal dari suku Jawa mungkin mengenal lebih dekat kebudayaan Batak atau Bali melalui pelajaran seni budaya yang diadakan di kelas. Dengan cara ini, mereka dapat memahami bahwa setiap suku bangsa memiliki keunikan yang patut dihargai. Interaksi semacam ini dapat mengurangi stereotip atau prasangka yang sering timbul akibat ketidaktahuan, dan sebaliknya menumbuhkan sikap saling menghormati dan empati terhadap orang lain yang berbeda.
Dalam era globalisasi saat ini, sangat penting bagi kita untuk menyiapkan generasi berikutnya yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai perbedaan budaya yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan multikultural sangat penting untuk dimasukkan ke dalam sistem pendidikan kita. Pendidikan multi- kultural adalah metode pendidikan yang mengakui, menghargai, dan menanggapi keberagaman siswa dari berbagai latar belakang budaya, etnis, bahasa, dan bahasa. Tujuan pendidikan multikultural adalah untuk membuat lingkungan belajar yang inklusif di mana setiap siswa merasa dihargai, diterima, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang (Suharsono, 2017).
Pendidikan multikultural juga mempersiapkan anak-anak untuk beradaptasi dengan masyarakat global yang semakin dinamis. Dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan terjadinya interaksi lintas negara dengan lebih mudah, anak-anak yang mengenal keberagaman sejak dini akan lebih siap untuk berhadapan dengan dunia yang lebih beragam. Mereka akan terbiasa berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang budaya dan kebangsaan yang berbeda, serta mampu bekerja sama dalam tim yang multikultural. Pemahaman terhadap perbedaan budaya ini memberikan mereka keuntungan besar dalam dunia pendidikan lanjutan maupun di dunia kerja, yang semakin membutuhkan keterampilan dalam bekerja di lingkungan yang beragam.