Lihat ke Halaman Asli

iin nuraeni

seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.

Cintaku Tertinggal di Yogyakarta

Diperbarui: 25 Maret 2022   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cintaku Tertinggal di Jogjakarta

Rintik hujan senja ini, jatuh di jendela kaca kantor tempatku bekerja, tetesan demi tetesan penuh makna dan menggeliat menggelorakan cinta yang dulu pernah tumbuh, bersemi, dan bermekaran, indah sekali cinta itu, aku terus memandang langit yang berwarna hitam pertanda hujan akan turun semakin deras, aku sandarkan tubuhku ke kursi, aku menerawang masa itu dari lantai 24 tempatku bekerja... ah masa itu.

                                                                                                 ***

Aku duduk di teras kelas, sambil bercerita dengan Aurel sahabatku, menunggu gerimis berhenti, aku malas ke tempat parkir yang letaknya agak jauh dari kelasku, karena harus melewati koridor kelas jurusan lain, entahlah sore ini aku lagi males pulang ke indekos. Aku ingin menikmati hujan di kampus yang sudah menemaniku di empat tahun perjalanan hidupku kuliah di kota Istimewa, ya Jogja yang sangat istimewa.

Senja ini pun aku ingin berbagi kebahagiaan dengan Aurel, kalau judul skripsiku disetujui Bu Diana (Prodi), dan aku sudah mendapatkan nama Dosen yang akan menjadi pendampingku, beliau Pak Irianto, sebuah nama yang penuh kharisma, dan banyak disukai oleh mahasiswi. Banyak yang iri memang denganku, karena aku mendapatkan nama Dia menjadi pendamping skripsiku, kalau aku sih biasa aja, karena baru sekali bertemu beliau, dan pandangan pertamaku tak begitu berkesan.

Senja ini hujan turun sangatlah deras, aku menunggu hujan  reda, dan sahabatku Aurel sore ini tak ada acara ke kampus, jadi aku sendirian di teras kampus dan untuk menghilangkan rasa jenuh, sambil mendengarkan lagu dengan earphone kukeluarkan novel kesayangan, dan tak terasa aku  menggangguk-anggukkan kepala.

Aku bolak-balik novel ini, karena sudah aku lahap semuanya, aku sering menyendiri , jadi kuisi kesendirianku dengan membaca di sela tugas kuliah yang menumpuk.

"Hai Tania..." (aku mendengar ada yang menyapaku pelan, dan dengan suara berat. Aku tak segera menoleh, takut salah dengar saja.

"Hai Tania!" sahutnya dengan suara agak keras (mungkin dikiranya aku tidak mendengar he he he ).

"Ya," jawabku sambil menoleh cepat, dan melepaskan earphone dari telingaku.

"Belum pulang...?" tanyanya sambil duduk di sampingku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline