Lihat ke Halaman Asli

Indri Permatasari

TERVERIFIKASI

Landak yang hobi ngglundhung

Berantemlah Sebelum Puasa

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wuidhihhhh...puasa sebentar lagi teman temin, duh rasanya deg-degan, seneng bahagia, pokoknya gitu deh sulit dilukiskan dengan kata-kata, iya sih karena kata-kata kan memang gak bisa buat lukisan, uhuk. Seperti yang sudah-sudah, tiap mau jelang ramadhan yang begitu penuh berkah, penuh kemuliaan, penuh pengampunan dosa, penuh amalan-amalan baik, bulan yang penuh damai koq mesti ada saja yang suka ngajak bengkerengan, seolah ndak afdol dan bermakna puasanya kalau belum berantem to the max. Kalau dulu semua bisa heboh karena awalan puasa yang ndak bareng, eh sekarang ada lagi yang heboh sama boleh ndaknya warung makan buka di siang hari.

Karena saya bukan orang pinter dengan kemampuan keagamaan yang mumpuni maka saya ndak mau juga ngomentari tentang boleh ndaknya atau dosa ndaknya hal itu. Sungguh sebagai seekor eh seorang landak, landak orang apa ekor sih, saya jadi agak gemes dan turut prihatin. Iya saya prihatin tapi yo ndak sampai saya bikin konferensi pers di istana negara buat ngumumin itu sih.

Jadi kenapa saya bisa prihatin, ya biar kelihatan keren aja, biar semua orang tahu kalau saya juga mengikuti berita terkini yang sedang hits gitu. Eh bukan ndink sebenarnya bukan itu, saya cuma terheran-heran dan terkagum-kagum koq bisa sekarang ini manusia bisa begitu mudah dan gampangnya berantem cuma dengan membaca tweet atau berita on line yang kadang dipelintir sana sini, mbok ya o agak rajin dikit napa, jangan kalau mbaca berita jangnan judul doank, kalo mbaca tweet dikomparasi dulu biar imbang, biar bisa memandang ndak hanya dari satu sisi, biar mbak mas ndak gampang ngamukan melandak buta gitu.

Setahu saya yang namanya puasa ramadhan itu kan sudah rutin setiap tahun dari dulu saya lahir sampai usia sweet seventeen seperti saat ini. Warung makan juga sudah ada dan berdiri lama, walaupun tidak selama njonja meneer yang sudah berdiri sejak 1919. Dulu itu ndak ada orang yang ribut-ribut maksa warung buat tutup di bulan ramadhan dan negara tetap aman sentosa, puasa tetap lancar jaya bagi yang memang niat ingsunnya puasa. Lha koq mak jegagik sekarang semua jadi nggegirisi gitu, yang ndak puasa harus menghormati yang puasa demikian juga yang puasa harus menghormati yang ndak puasa, duh pusing pala chucky, maaf soale saya ndak suka barbie.

Bangsa Indonesia itu lho sakjane dari dulu sudah sangat tinggi ilmu saling hormat menghormatinya, ndak perlu lagi dikoar-koarkan kaya gini. Sekarang to saya pingin nanya teman temin semua yang tahun-tahun sebelumnya berpuasa, pernah ndak sih tiba-tiba tanpa sebab yang jelas puasa teman temin batal gara-gara lihat warung makan buka. Sekali lagi batal tanpa sebab lho ya.Tiba-tiba saja ditengah ibadah puasa nan khusyu, mak bedundug teman-temin ngeloyor masuk ke warung makan , kemudian pesan dan makan saat itu juga hanya karena mereka buka warung di siang hari, pernahkah?

Ini akan beda cerita kalau saja para pedagang makanan yang buka di siang hari itu melakukan tindakan anarkis layaknya begal motor yang kondang beberapa saat lalu, mereka tanpa pandang bulu akan mencegat orang-orang yang lewat di depan warung mereka dan menodongkan  pisau daging, ulekan, parutan kelapa, talenan, wajan panas atau kocokan telur agar orang -orang itu mau masuk ke dalam warung makan mereka dan makan disana saat itu juga. Makan atau kau kumakan. Apa?mau dimakan?duh tobat kak bentar lagi puasa

Saya rasa lak hakikat orang berpuasa itu adalah pengendalian diri, mengendalikan diri dari semua godaan, dari makan, minum, pikiran kotor, hati kotor, ngamuk-ngamuk dan tindakan-tindakan buruk lainnya. Lha kalau dengan godaan warung makan saja sudah letoy menyerah gini njuk apa masih bisa disebut kita berpuasa.

Ngko sik to sebentar ndak usah emosi dulu, lebih baik tarik nafas yak tarik kedua sudut bibir keluar, yak benar, senyumnya dimanisin dulu, oke duh cakep cantiknya dah nyaingin landak kalau gitu. Teman-temin pernah kepikiran barang sejenak ndak kalau sakjane banyak lho para penjual dan tukang masak di warung-warung yang buka siang hari itu juga berpuasa. Pernah ndak dipikirken sejenak saja bahwa mereka itu sebenarnya juga punya beban baik fisik maupun mental. Fisik jelas, mereka berpuasa yo mesti lemesnya sama dengan teman-temin, habis sahur mereka masak, srang sreng bumbu dan bau harum masakan semerbak di indera penciumannya, tapi mereka tetap melanjutkan puasa. apalagi beban mental iya jelas, ditambah sekarang ketika mereka diprotes sana sini karena dianggap sebagai hal yang menistakan bulan suci, duh kak sakit dan sedihnya itu diseluruh jiwa dan raga lho.

Oh ya, sebenarnya banyak lho diantara para penjual makanan itu yang juga pingin menikmati indahnya bulan ramadhan dengan tidak berjualan disiang hari, tapi karena mereka itu memang bisanya jualan disiang hari dan kalau mereka ndak jualan mereka ndak bisa makan karena ndak ada punya uang dan ndak ada yang mensubsidi mereka, ini akan lain ceritanya kalau setiap pedagang yang dilarang jualan makanan disiang hari akan mendapatkan kartu indonesia hore yang bisa ditukar dengan sejumlah uang tunai untuk keperluan sehari-hari, terus juga dijamin dapat THR plus ongkos buat mudik pulang balik, saya garansi mereka pasti mau dengan sangat untuk tidak jualan, tapi memangnya ada gitu? What? ada ya? wah saya kurang gaul kalo gitu, baiklah saya daftar dulu ah buat kartu indonesia hore.

Jadi sekali lagi, mumpung ini mau masuk bulan yang suci, bulan dimana semua orang berlomba-lomba dalam kebaikan, bulan dimana semua orang  lebih bersabar, bulan dimana segala dendam dibuang tak bersisa, bulan dimana saling berbagi rezeki, mengapa kita tidak mau membagi rezeki pada para penjual makanan itu, masih banyak lho teman temin lain yang memang tidak berpuasa, atau terpaksa tidak bisa berpuasa karena alasan-alasan yang memang diperbolehkan. Lha kalau ndak ada warung makan yang buka siang hari terus mereka mau maem dimana? Apa? mau maem ditempat saya? Lho saya aja kalau ramadhan gini keliling dari masjid ke masjid buat dapat tajil gratis je.

Akhirnya sebelum saya akhiri tulisan nggambleh yang semakin ndak nggenah ini, izinkanlah saya untuk meminta maaf atas segala salah terutama dalam semua rangkaian kata yang memang tidak tertata dengan baik, maaf lahir batin, mungkin saja ini tulisan terakhir atau mungkin saja tulisan ini bisa bersambung kalau masih ada yang mau mampir di lapak saya yang sudah lapuk dan berkarat ini. Selamat berpuasa bagi teman temin yang menjalankan, selamat beraktivitas buat semuanya, semoga toleransi, tenggang rasa, tepa selira dan saling menghormati tidak hanya terbatas pada tutur dan tulisan, tapi juga bisa mewujud dalam perilaku dan tindakan sehari-hari kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline