Lihat ke Halaman Asli

Indri Permatasari

TERVERIFIKASI

Landak yang hobi ngglundhung

Sepenggal Cerita di Atas Kereta...

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kubuka mata perlahan, tak lupa kucek kucek sedikit siapa tahu ada bloboknya..rogoh-rogoh HP lihat jam sekilas..ah sudah hampir masuk waktu subuh. sebentar lagi pun saya sampai stasiun tujuan.

Teng ting tong ting teng......nah ini dia suara yang kutunggu, instrumen Gambang Semarang sudah mengalun dari luar pertanda saya harus turun dari kereta kalau tidak mau terbawa sampai Surabaya [dan sebelnya kalau cuma naik bisnis, nggak disambut dengan musik indah ini]. Setelah menggelandang sejenak dan menunaikan sholat, saya pun bergegas meneruskan perjalanan pulang, maklum omah ndesa memang harus berjuang ekstra untuk pulang kampung, dan beruntungnya saya tidak ada yang menjemput hari ini.....yessssss mlaku terus nganti gempor.

Di depan stasiun, saya masih duduk lagi, ditawari becak, ojek sampai taksi cuma saya balas senyum agak manis [maklum lha wong memang saya tidak manis huakakaka], oke setelah mengingat dan menimbang maka saya memutuskan naik kereta ekonomi saja daripada bus abal yang jalannya glodagan itu ahh, siapa tahu ketemu bakul pecel mak nyus di atas kereta nanti hiiihiihii [padahal sudah nyangking donat yang katanya nomer siji di amerika]

Dan karena pindah kasta kereta, stasiunnya pun harus pindah lagi. Kasihan dengan kaki saya yang sudah agak lemas, saya pun memilih naik becak, kata simbah becaknya sih bayarnya mangga kersa mawon...hiyaaa jadi bingung mantes ke , tapi lumayan...ngisis naik becak melihat orang-orang mulai beraktivitas di pagi hari adalah kegiatan yang sangat meyenangkan dan romantis..... [romantis jarene sopoooo meneh]

Setelah proses akad nikah...eh akad beli tiket selesai, ternyata keretanya sudah siap grak di jalurnya, langsung saja saya bergegas [maklum kalau KA feeder gini harus dhisik-dhisik an biar dapat tempat duduk]. Dengan semangat saya menuju gerbong yang paling dekat, dan di depan saya terlihat seorang simbah putri tampak keberatan menjinjing kardus bawaan dan tas kresek hitam yang lumayan besar. Sebagai mantan kuli angkut saya pun sigap menawarkan jasa dan mengantar beliau naik ke gerbong sekalian mencarikan tempat duduk yang nyaman.

"Matur nuwun ndhuk, wis diewangi"

"sami-sami mbah" jawabku sambil tersenyum

"saka jakarta yo?iki arep mudik"

"enggih mbah, sudah nggih, pun niki kursine penak, simbah kan katanya turun bojonegoro , jadi saya pilihin tempat duduk tengah biar gak kesenggol orang yang mau naik turun, saya mau nyari tempat duduk yang dekat pintu keluar soalnya tidak begitu jauh"

"iyo iyo maturnuwun ya ndhuk, ki lho ono arem-arem anget dinggo sangu ben gak luwe di jalan"

"wewwww....arem-arem anget asyik nih, dijamin kenyang huakaka" batinku dalam hati dan langsung teringat simbah putri almarhum yang juga suka membuat makanan tradisional ini seraya menerima dua bungkus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline