Lihat ke Halaman Asli

Iin Indrawati

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Problematika Rendahnya Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Diperbarui: 2 Desember 2024   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 BAB I

  PENDAHULUAN

 

A.   Latar Belakang 

Pendidikan ialah ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan dan memperoleh beragam informasi, baik dari      pendidik maupun sumber lainnya. Dalam lingkungan pendidikan ini, berbagai kegiatan pembelajaran berlangsung sebagai bagian dari proses belajar mengajar, yang melibatkan guru dan siswa. Pendidik harus peka terhadap kemampuan dan keterampilan unik siswanya, terutama dalam mata pelajaran seperti bahasa Indonesia.

Pembelajaran bahasa Indonesia ialah komponen dasar kurikulum di semua jenjang pendidikan formal. Dalam perjalanan pendidikan ini, penting bagi siswa untuk mengembangkan kemahiran berbahasa, yang mencakup empat keterampilan utama: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Penguasaan keterampilan ini sangat penting, karena keterampilan ini memberdayakan siswa untuk meningkatkan kompetensi intelektual, sosial, dan berbagai kompetensi lainnya. Dengan mengembangkan kemampuan ini, siswa bisa mengembangkan pertumbuhan yang menyeluruh yang melampaui kemampuan bahasa itu sendiri. Dari keempat aspek tersebut, membaca menjadi salah satu aspek terpenting yang mempengaruhi potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

Keterampilan membaca mencakup kapasitas seseorang untuk memahami materi tertulis. Seperti yang dicatat oleh Ilham dkk. (2020), keterampilan membaca ialah aspek mendasar dari kemahiran berbahasa, yang terkait erat dengan kemampuan mendengarkan. Seseorang dianggap mahir membaca ketika mereka bisa memproses informasi pendengaran yang berkaitan dengan teks yang mereka baca secara akurat dan komprehensif. Khususnya pada tingkat pendidikan tingkat lanjut, siswa beralih ke ranah pemahaman bacaan, di mana fokus bergeser dari sekadar membaca ke pemahaman yang lebih dalam tentang konten. Dalam konteks ini, pelajar dituntut tidak hanya untuk membaca tetapi juga untuk menafsirkan dan mensintesis materi secara efektif.

Berlandaskan Smith (sebagaimana dikutip Rismawati, 2016), pemahaman bacaan ialah proses aktif yang dilakukan oleh pembaca untuk memadukan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah ada guna memperoleh wawasan baru. Indrawati (sebagaimana dirujuk dalam Handera, 2020) menggolongkan pemahaman bacaan sebagai proses kognitif di mana seseorang memahami isi suatu teks, mengidentifikasi dan mengekstraksi gagasan tersurat maupun tersirat, serta merefleksikan pesan yang dimaksudkan pengarang. Perspektif ini sejalan dengan Soedarso (sebagaimana dikutip Yusi, 2020), yang mendefinisikan pemahaman bacaan sebagai kemampuan untuk memahami detail-detail penting dari keseluruhan teks. Demikian pula, Dalman (sebagaimana dicatat dalam Ramdani, dkk., 2016) berperspektif bahwasanya pemahaman bacaan ialah tingkatan tertinggi dari kemahiran membaca. Dengan seluruh pendapat para ahli ini, bahwasanya pemahaman bacaan ialah komponen dasar dari proses pembelajaran, yang digunakan untuk memahami informasi dari teks. Membaca yang efektif memerlukan pemahaman yang mendalam terhadap materi, yang memungkinkan pembaca menangkap dan menghayati wawasan yang diperoleh dari upaya membaca mereka.

Dalam setiap upaya pendidikan di dalam kelas, tidak bisa dihindari bahwasanya siswa akan menghadapi berbagai tantangan. Wawasan yang dikumpulkan dari wawancara yang dilakukan dengan guru wali kelas V telah mengungkapkan beberapa masalah yang mempengaruhi siswa, terutama di SDN Tembulun, di mana perhatian utama yang diidentifikasi ialah keterampilan membaca siswa yang kurang, khususnya dalam pemahaman bacaan. Beberapa faktor berkontribusi terhadap kekurangan ini, termasuk pengaruh intelektual, fisiologis, lingkungan, dan psikologis. Sampu (2023) menggambarkan faktor-faktor yang berkontribusi ini, mengkategorikannya menjadi elemen internal yang terkait dengan anak seperti aspek fisik, intelektual, dan psikologis dan pengaruh eksternal yang mencakup faktor lingkungan, keluarga, dan sekolah. Kesulitan membaca yang ditunjukkan oleh siswa bervariasi di seluruh konteks ini. Oleh karena itu, sangat penting bagi para pendidik dan orang tua untuk mencari dukungan dan intervensi yang tepat untuk memastikan bahwasanya anak-anak yang menghadapi kesulitan membaca menerima penanganan yang diperlukan tepat waktu.

Mengenai permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait "Problematika Rendahnya Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar"

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana problematika rendahnya keterampilan membaca siswa pada pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline