Lihat ke Halaman Asli

Iin Andini

Pribadi

Ketika Pilihan Tak Sesuai Harapan

Diperbarui: 22 Februari 2021   07:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemajuan teknologi sudah merambat ke seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu pengaruh yang sangat kita rasakan sekarang, terutama di tengah pandemi covid 19, adalah berbelanja secara online. Kita tidak perlu jauh-jauh untuk berbelanja atau membeli makanan di tempat tertentu, tetapi kita bisa melakukannya dari rumah atau di mana pun kita berada. Semuanya dengan mudah didapatkan selama ada uang dan dapat diakses oleh gojek. Pokoknya, kita tidak perlu bingung lagi.

Di tengah pandemi covid 19 ini, banyak restoran atau rumah makan yang lebih meningkatkan pelayanan berbasis online. Mereka berlomba-lomba melakukan promosi melalui aplikasi dan media sosial. Mereka menarik para konsumen dengan kemudahan saat berbelanja, memberikan diskon, dan menyajikan makanan dan minuman yang bervariasi dan terlihat enak. Tidak jarang pula, mereka menjual makanan dan minuman  yang unik dan sedang viral.

Para penjual juga sangat terbantu dengan penilaian para konsumen melalui rating, komentar orang-orang, dan reviu para blogger atau vlogger. Tidak jarang pula, jualan mereka sampai dipromosikan oleh artis-artis yang memiliki banyak fans. Dengan bantun mereka, sebenarnya konsumen merasa terbantu. Apalagi jika seorang food vlogger dan artis menjual sebuah produk. Biasanya, sebagian masyarakat akan tertarik untuk mencoba produk idolanya. 

Berdasarkan rating dan reviu para blogger/ vlogger mengenai suatu makanan, sebenarnya sangat membantu bagi para konsumen untuk menentukan pilihannya. Terkadang pula, sebagian kecil orang kecewa. Ya, namanya rasa sebuah makanan, setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda. Seperti pengalaman saya ketika beberapa kali memesan makanan melalui aplikasi online.

Saya pernah memesan makanan dari tempat kerja. Selama pandemi covid 19, kantin di tempat kerja saya tutup. Inilah akibatnya saya tidak membawa bekal sendiri dari rumah. Mau tidak mau saya harus mengorder makanan melalui aplikasi online. Kebetulan yang saya pesan saat itu adalah gado-gado. Saya memang sangat suka dengan gado-gado.  Melihat ada beberapa yang menjual gado-gado, saya akhirnya memilih yang dekat dengan tempat kerja saya.  Saya pun melihat rating dan komentar orang-orang di aplikasi tersebut tidak ada yang mengecewakan. Semuanya baik. Akhirnya, saya memesan gado-gado tersebut.

Saya menunggu pesananan agak lama padahal sangat dekat dengan tempat kerja saya. Namun, saya tidak pernah komplain masalah tersebut karena bisa jadi penjualnya memiliki pesanan yang sangat banyak.  Bisa jadi mereka kekurangan karyawan. Yang penting pesanan saya sampai dengan selamat.

Akhirnya, makanan saya sampai.  Saya langsung membuka dan menyantap gado-gado saya. Apa yang terjadi? Rasanya tidak sesuai harapan saya. Padahal, saat itu, saya benar-benar lapar. Jika kita sudah lapar, semua yang dimakan pasti terasa enak. Lalu, saya tanya teman saya mengenai rasanya. Katanya kurang mantap. Ya sudah, saya pasrah saja. Gado-gadonya tetap saya makan sampai habis. Ini efek karena lapar dan saya juga tipe orang yang tidak membuang-buang makanan. 

Pengalaman berikutnya ketika saya memesan makanan Korea milik salah satu vlogger. Karena sering menonton vlognya dan reviu beberapa vlogger katanya enak, saya tertarik untuk membelinya. Saya mencarinya  melalui aplikasi ternyata memiliki beberapa cabang di Jakarta dan salah satunya kebetulan dekat dengan dengan tempatku. Karena merasa tergiur, saya memesan makanan Korea tersebut. Namun, terrnyata makanan tersebut rasanya biasa saja. Ini betul-betul di luar ekspektasi saya.

Dari dua pengalaman saya ini, siapa yang harus disalahkan? Apakah rating atau reviu para blogger/vlogger? Sebenarnya tidak ada yang salah. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda. Mungkin lidah saya yang tidak cocok atau ekspektasi saya terhadap makanan tersebut terlalu berlebihan. Kemungkinan lain yang bisa juga terjadi adalah penyajian di saat saya memesan kurang bagus karena disajikan oleh orang yang berbeda

Jika kita melihat rating atau reviu para blogger/vlogger, menurut saya tidak selamanya menjamin. Saya tidak menyalahkan orang yang memberikan rating tinggi terhadap makanan tersebut. Bisa saja memang orangnya suka atau asal memberikan rating. Saya tidak bisa memungkiri, ada orang memberikan rating lumayan bagus karena rasa kasihan dan sangat menghargai penjualnya. Hal yang tidak kalah memengaruhi rating suatu makanan karena adanya diskon.  Siapa sih yang tidak tertarik dengan diskon yang menggiurkan? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline