Lihat ke Halaman Asli

Para Pemburu Darah

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mereka menyeretku untuk bersolek, aku diburu untuk menyanyikan juga lagu tentang puja puji penguasa agung, sedangkan sekitarku bau sampah busuk, aku bukan pesolek kataku.

***

Sedangkan sekitarku banyak orang menggadaikan diri walau hanya untuk membeli tempe, menggadaikan kepada siapa saja yang tega memakan semua daging daging hingga tinggal kulit yang menempel tulang belulang, mereka yang serba gurem dalam segala hal, mereka para pekerja keras, terpaksa menggadaikan diri kepada segala lintah lintahan, toh tak ada yang bersama mereka, pun yang menamakan diri wakil wakil juga alpa, lalu mewakili siapa? ternyata hanya sekedar nama, tak ada yang merasa terwakili.

***

Mereka yang terlupa, langkah apa lagi yang akan terpikir selain terus melangkah dalam diam, uh…aku sendiri terlalu malu untuk bersolek.

***

Ternyata jalanan sudah buntu, arah mana lagi yang hendak tertempuh selain terus mencari dan mencari, untuk mengejar arah cahaya terang, menyilaukan mata, hingga terlalu sakit untuk melihat dengan mata telanjang, terlalu hitam dan tajam.

***

ilustrasi : cautare.poze

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline