[caption caption="sumber : www.facebook.com/CommuterLine"][/caption]
Perkenalkan, saya adalah Iim Nur Diansyah lulusan sebuah universitas di kota Depok. Tulisan saya kali ini ingin bercerita mengenai pengalaman pribadi saya setelah 4 tahun lebih menggunakan jasa KRL Commuter Line.
Masih jelas diingatan saya, pertama kali saya naik kereta listrik itu terjadi sekitar 4 tahun yang lalu, setelah saya lulus SMA. Ya, pada periode tersebut, banyak sekali lulusan-lulusan SMA berbondong-bondong untuk mencari perguruan tinggi yang diinginkan. Begitu pun saya, yang telah menggantungkan masa depan saya di sebuah universitas di kota Depok.
Rumah saya di Bogor, untuk mencapai kota Depok dengan cepat satu-satunya adalah dengan menggunakan KRL. Jujur, stigma yang ada dipikiran saya ketika mendengar kata "KRL" adalah berdesakan, kumuh, dan banyak copet. Awalnya agak ragu memang, tapi apa boleh buat ? Ini demi masa depan. Bersama teman yang juga dari bogor, kami membeli tiket Commuter Line AC seharga Rp 7.500,-. Untuk sementara, kesan kumuh, berdesakan dan banyak copet pun hilang. Karena saya cukup merasa nyaman "Berbanding lurus dengan harga lah yah. Gak rugi", pikir saya. Pada saat itu Commuter Line AC merupakan minoritas, kebanyakan orang memilih kelas ekonomi karena harganya sangat murah yaitu Rp 2000,-.
[caption caption="sumber : www.antarafoto.com"]
[/caption]
Setelah seminggu menjadi mahasiswa dan menggunakan layanan Commuter Line AC, insting mahasiswa saya pun muncul. Jika terus menggunakan kereta AC, uang jajan pasti cepat habis, "Okelah.... Besok saya harus naik Ekonomi biar irit". Dengan modal nekat saya naik Commuter Line Ekonomi, kesan saya ? Parah.... Buruk.... Stigma awal saya ternyata benar. Disatu sisi ingin irit, tapi disisi lain kenyamanan dan keamanan dipertaruhkan.
[caption caption="sumber : pemanisbuatan.wordpress.com"]
[/caption]