Menulis adalah menuangkan apa yang terlintas dipikiran. Ide yang dipikirkan muncul setiap detik selama manusia masih berpikir dengan sehat. Ide muncul dan pergi laksana asap, kalau tidak segera dituangkan kedalam bahasa tulisan maka secepat asap bahkan angin, segeralah ide itu pergi tanpa kembali lagi.
Bagiamana caranya agar bisa menuliskan apa yang dipikirkan?, tidak ada cara ataupun metode ilmiah mutakhir. Jika anda punya ide yang dipikirkan segeralah saat itu pula dituliskan, itu cara sederhana dan mendasar yang harus diperaktekan oleh seorang penulis. Jadi untuk bisa menulis, ya menulislah, bahasakan pikiran dengan tulisan (writing) bukan dengan bicara (talking). Ada orang yang pandai menulis tapi tak pandai bercakap, orasi, pidato, tokoh kita Bung Hatta konon dikatagorikan seperti ini. Sedangkan lainnya, ada orang yang pandai menulis sekaligus piawai bicara, orasi, pidato, tokoh kita Bung Karno (Soekarno, Presiden RI pertama) termasuk katagori ini.
Ide menulis bisa beragam, karena pikiran kita juga sangat beragam dan tidak bisa dibatasi. Menulis adalah imajinasi pikiran ataupun refleksi dari fakta kehidupan. Bagi seorang penulis, apapun bisa dituliskan. Perjalanan ke gunung, lembah, laut, kota, desa, apapun bisa menjadi inspirasi menulis. Menulis yang dasarnya imajinasi, biasanya tulisan fiksi, sedangkan tulisan yang didasarkan pada pengalaman empirik biasanya berupa laporan jurnalistik. Saya tidak sedang membahas jenis-jenis tulisan itu, anda bisa membaca literatur tentang hal itu. Saya hanya menuliskan ide saya tentang betapa mudahnya menulis. Walaupun menulis itu mudah, ternyata masih banyak orang atau setidaknya rekan-rekan sejawat kita yang merasakan bahwa menulis itu sulit, tidak semudah yang dibicarakan. Baru mulai menulis satu paragraf, secepat itu pula berhenti karena kehilangan ide yang akan dituliskan. Atau acapkali merasa apa yang dipikirkan dan dituliskanya sebagai tidak layak, memalukan, tidak berkualitas, dan penilaian lainnya.
Kolega saya, Profesor Chaedar Al-Wasilah (Alm), seorang guru besar linguistik di Universitas Pendidikan Indonesia, yang juga seorang penulis "moyan" pernah menyampaikan bahwa ide yang paling menarik dan terbaik untuk dituliskan adalah apa yang kau pikirkan, bukan dari pikiran orang lain. Sebab menulis adalah menuangkan buah pikiran diri sendiri, itulah otensitas karya pikir. Tidak ada tulisan yang buruk, sepanjang niat menulis sesuatu yang dipikirkan adalah untuk kebaikan. Baik buruknya suatu karya tulis tergantung niat dan pikiran yang dibangun. Menulis bukan untuk menjelekan orang lain, berniat jahat kepada orang lain, untuk tujuan yang tidak baik, menulis dilakukan untuk menuangkan buah pikiran yang jernih yang landasannya akal, ilmu dan niat baik untuk kemaslahatan. Jadi tuliskanlah apa yang kau pikirkan dan pikirkanlah apa yang kau tuliskan, segeralah, sebelum menguap ke udara terbawa angin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H