Lihat ke Halaman Asli

Iik Nurulpaik

Penulis, Akademisi, Pemerhati Pembangunan Bangsa

Krisis Ekonomi dan Pekerja Seks

Diperbarui: 18 Desember 2022   06:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebangkrutan politik di Srilangka berdampak besar tehadap tatanan kehidupan sosial ekonominya, dilaporkan oleh berbagai media internasional kini banyak kaum wanita di negeri itu tak berkutik untuk menukarkan layanan hubungan seks dengan kebutuhan makanan untuk di hari juga.

Dari pekerjaan tersebut konon mereka tidak kurang meraup uang sekira 600 ribuan perhari. Kini kondisi yang sama di hadapi oleh kaum wanita di Inggris, di tengah inflasi sekira 10% yang memporak porandakan negeri raja-ratu itu, saat ini disinyalir ada sekira 1/3 dari perempuan Inggris terpaksa  memilih jalan menjadi pekerja seks komersial (PSK) untuk menopang kehidupan sehari-harinya. Krisis politik Inggris hari ini diperparah dengan mundur berjamaahnya sejumlah menteri di jajaran kabinet perdana menteri Boris Johnson.

Fenomena di Inggris tidak jauh berbeda, mereka yang rawan dan terjun ke pilihan menjadi PSK adalah yang secara kompetensi tidak bisa bekerja pada sektor formal, sementara kebutuhan untuk bertahan hidup terus menghimpit. Mereka sebelumnya mengandalkan suaminya sebagai penopang kehidupan dan ekonomi keluarga. Kini saat krisis ekonomi melanda para suami di negeri itu bangkrut dan menganggur. Kebutuhan harian tidak bisa tertanggulagi hingga para ibu rumah tangga itu akhirnya menjadi single parent mencari penghidupannya sendiri, salah satunya dengan menjadi PSK. Tentu saja hal ini sangat miris terjadi di negara maju tersebut.

Krisis ekonomi yang payah mengisahkan "penjualan diri" yang menistakan kehidupan. Memang kisah PSK ini telah hadir setua peradaban manusia dengan berbagai modus operandinya. Pun demikian di masyarakat kita (Indonesia). Lantas siapa yang bertanggungjawab untuk tidak terjadinya langkah jual diri demi pemenuhan ekonomi bagi si penjual. Mereka yang menjual dirinya itu mungkin lemah iman, ekonomi terpuruk, demi sesuap nasi mereka sungguh terpaksa mengambil langkah tersebut. Fenomena di Srilangka dan Inggris menunjukan kisah pilu, semoga tidak terjadi di negeri kita (Indonesia).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline