Lihat ke Halaman Asli

Ii Rahmanudin

Guru Bahasa Arab, Blogger, Penulis Buku

Puasa Sebagai Bentuk Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa)

Diperbarui: 19 Maret 2024   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay


Puasa adalah menahan diri dari lapar, haus, hawa nafsu dan segala macam perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Biasanya umat Islam menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadhan. Karena bulan ini adalah bulan yang sangat di rindukan oleh umat Islam. Seperti yang termaktub dalam Kitab Laathaiful Maarifah halaman 232 bahwa “Mereka (para sahabat) yang berdoa kepada Allah SWT selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadhan. Kemudian mereka berdoa selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan di terima oleh-Nya.”


Seorang Muslim dan Muslimah di wajibkan untuk berpuasa pada bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat Al Baqorah ayat 183 yang artinya “wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang  sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. Hukum puasa bagi seorang muslim itu wajib. Sehingga apabila meninggalkannya maka akan mendapatkan dosa. Namun apabila dalam keadaan sakit atau safr maka bisa mengqodo puasanya di luar bulan puasa.


Puasa ramadhan pastinya mempunyai tujuan yang jelas dan pasti. Salah satu tujuannya adalah taqwa. Yaitu dapat diartikan menjalankan perintah Allah SWT dan juga menjauhi larangan-Nya. Dapat juga dimaknai menjadikan amal bagi umat Islam serta membersihkan diri dari segala macam bentuk perbuatan tercela baik berupa ucapan ataupun tindakan. Di dalam berpuasa seorang Muslim dan Muslimah harus bisa menjauhi diri dari perbuatan yang dapat membatalkan puasa serta menghilangkan pahala puasa. Seperti makan dan minum, berzina, berkhalwat di siang hari, membicarakan aib orang lain, berbuat hasad, berkata buruk, serta perbuatan tercela lainnya yang berkaitan dengan Hati, ucapan dan perbuatan.


Pixabay

Tidak hanya itu, Puasa sebagai amalan umat Islam tentunya mempunyai tujuan yang sangat penting salah satunya ialah Tazkiyatun Nafz atau membersihkan hati. Tazkiyatun Nafs berasal dari dua kata Tazkiyatun yang artinya menyucikan atau membersihkan dan Nafs artinya jiwa atau hati. Jadi Tazkiyatun Nafs adalah menyucikan diri seseorang dari segala perbuatan yang keluar dari budi pekerti atau akhlak mulia yang dapat menjadikan jiwa dan hatinya keras. Hal ini disebabkan oleh perbuatan maksiat yang telah dikerjakan seperti mencuri, mencela, menghina, membicarakan aib orang lain dan lain sebagainya.


Puasa mempunyai kaitannya yang sangat erat dengan Tazkiyatun Nafs karena puasa merupakan salah satu bentuk amalan yang bertujuan untuk pembersihan jiwa atau hati seseorang (Tazkiyatun Nafs). Orang yang berpuasa tentunya bukan hanya menahan lapar dan haus saja, akan tetapi orang yang berpuasa (Shoim) harus bisa menjaga hatinya dari perbuatan tercela atau maksiat. Hal ini sudah banyak di contohkan para ulama dalam menuntut ilmu mereka selalu menjaga hatinya dari perbuatan yang dapat membuat rusak hatinya. Mulai dari bersikap tawdhu, tidak riya, selalu menjaga ucapan, Ikhlas,  sehingga hatinya bersih dan ketika menuntut ilmu, ilmunya bermanfaat untuk umat manusia.


Perilaku dan perbuatan manusia ketika puasa sangat menentukan apakah puasanya di terima atau tidak, ataupun pahala puasanya hilang atau tidak. Dan perilaku tersebut bergantung kepada kondisi hati seseorang. Apakah hatinya bersih atau tidak ketika menjalankan ibadah puasa, karena banyak di luar sana yang melakukan puasa tapi hatinya tidak bersih. Buktinya ialah masih banyak yang ketika berpuasa dia berkata yang tidak baik, membicarakan keburukan dan kekurangan orang lain, sehingga orang seperti itu berharti hatinya kotor, dan puasanya tidak akan mendapatkan pahala dari Allah SWT. Hati memang sangat berkaitan dengan perilaku, seperti sabda Rasulullah SAW yang artinya “Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada suatu organ, apabila ia baik, baiklah seluruh tubuhnya, apabila ia rusak, maka akan rusaklah seluruh tubuh dan organ itu adalah hati.”


Maka dari pada itu, Selama berpuasa hendaknya orang yang berpuasa bisa menjaga hatinya agar tetap dalam keadaan baik dan tidak terbawa arus setan. Agar supaya puasa pada bulan ini dapat membersihkan hati kita dari perbuatan tercela. Karena apabila hatinya buruk maka buruk juga perbuatannya. Dan Apabila buruk perbuatannya maka buruk juga puasanya. Wallahu Alam bissowab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline